MAKALAH
HIPOTESIS PENELITIAN
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
METODE PENELITIAN
DOSEN : DR. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh:
MUHAMMAD HAMKA SAFI’I
YUSUUF ARIFIN
PAI B / IV
PROGAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
Februari2017
BAB II
PEMBAHASAN
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya[[1]].
Sedangkan Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 96) [[2]], hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas
dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan.
Penelitian yang merumuskan hipotesis
adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian
kualitatif hipotesis tidak dirumuskan, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan
hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji dengan pendekatan
kuantitatif
Pengertian
Hipotesis Penelitian | Hipotesis (hypo = sebelum; thesis =
pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum
diketahui kebenarannya. Biasanya, dalam sebuah penelitian kita merumuskan suatu hipotesis
terhadap masalah yang akan diteliti. Jadi, pengertian hipotesisadalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara
karena, jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan
belum menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan
pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan
tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel
dalam persoalaan.
Sebagai contoh, ada sebuah
pertanyaan tentang; apakah tamatan SMU yang memiliki nilai UN tinggi akan mampu
menyelesaikan studi perguruan tinggi dalam waktu yang relatif lebih cepat?
Pertanyaan ini dapat kita ubah menjadi pernyataan sebagai berikut: ada hubungan
positif antara nilai UN SMA dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi.
Kalimat yang terakhir ini adalah bentuk suatu rumusan hipotesis yang
menghubungkan dua variabel, yaitu nilai UN dan prestasi belajar. Dengan
demikian, hipotesis ini memberikan arah pada penelitian yang harus dilakukan[[3]].
B.
Fungsi Hipotesis
Hipotesis pada
penelitian itu sendiri berfungsi sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan
pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung
dapat diuji dalam penelitian.
3.
Memberikan arah
penelitian.
4.
Memberi
kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian (Fraenkel Wallen, 1990: 40) dalam Yatim Riyanto, (1996: 13). Lebih
lanjut hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan
yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis
belum tentu benar. Benar tidaknya suatu hipotesis tergantung hasil pengujian dari
data empiris.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) hipotesis didefinisikan
sebagai alternative dugaan jawaban yang dibuat oleh penelitian bagi problematika
yang diajukan dalam penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran
yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang
dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukan itu maka hipotesis dapat berubah
menjadi kebenaran, tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan
untuk menguji hipotesis yang diajukan, tetapi bertujuan menemukan fakta yang
ada dan yang terjadi dilapangan. Pernyataan diterima atau ditolaknya hipotesis tidak
dapat diidentikkan dengan pernyataan keberhasilan atas kegagalan penelitian. Perumusan
hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah kepada proses
pengumpulan data serta proses penyelidikan itu sendiri (John W.Best, dalam Sanapiah
Faisal, 1982 dan Yatim Riyanto, 1996). Ringkasnya yaitu tujuan penelitian mengajukan
hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitian tersebut terfokus hanya pada informasi
atau data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis. Peneliti dituntut agar
hati-hati dan cermat dalam penelitiannya[[4]].
C.
Jenis-jenisHipotesis
1. Hipotesis Dilihat
dari Kategori Rumusannya
Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya
dibagi menjadi dua, yaitu hipotesis nihil( null hypotheses)
disingkat menjadi Ho dan hipotesis alternative
(alternative hypotheses) biasanya disebut hipotesis kerja atau disingkat
Ha.
·
Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh
antara variable dengan variable yang lain.
Contoh : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Contoh : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
·
Hipotesis
alternative (Ha) yaitu hipotesis yang
menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variable dengan variable
lain.Contoh ; ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SD. Hipotesis
alternative ada 2 macam yaitu directional hypotheses dan nondirectional
hypotheses (Fraenkel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi Arikunto, 1989 :57).
a) Hipotesis terarah (directional hypotheses)
adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti,dimana peneliti sudah menemukan
dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent memang sudah diprediksi
berpengaruh terhadap variabel dependent.
b) Hipotesis tak terarah (nondirectional
hypotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak
belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent.
2. Hipotesis Dilihat
dari Sifat Variabel yang Akan Diuji
Menurut Yatim Riyanto (1996: 14) berdasarkan sifat yang akan diuji
hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: hipotesis
tentang hubungan dan hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu pada penelitian
korelasional.Hubungan antara variabel tersebut menurut Yatim Riyanto (1996:
14-15) dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
· Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
· Hubungan yang sifatnya sejajar tmbal balik
· Hubungan yang menunjukan pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Hipotesis tentang perbedaan yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabel tertentu pada kelompok yang berbeda.Hipotesis tentang perbedaan ini
mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
3. Jenis Hipotesis yang Dilihat dari Keluasan atau
Lingkup Variabel yang Diuji
Hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor.Hipotesis
mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh
subyek penelitian, sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang
terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari
hipotesis mayor).
Contoh hipotesis mayor :
Ada hubungan antara keadaan social ekonomi orang tua dengan prestasi belajar
siswa SMA
Contoh hipotesis minor :
1.
Ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA
2.
Ada hubungan
antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA
D.
Karakteristik
Hipotesis
Pendapat Yatim Riyanto(1996: 16)
nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian
empiris.Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan
diuji dapat dilakukan “semau peneliti”,ada beberapa kriteria tertentu yang
memberikan ciri hipotesis yang baik.
Ciri hipotesis yang baik menurut
Donald Ary, et al (dalam Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim Riyanto,
1996:16) antara lain sebagai berikut :
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara
variabel-variabel.
3. Hipotesis harus dapat diuji.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
5. Hipotesis hendaknya sesederhana dan seringkang mungkin.
Sedangkan menurut John W.Best
(1997) dalam Yatim Riyanto (1996 :16) ciri-ciri hipotesis yang baik :
Ø Bisa diterima oleh akal sehat.
Ø Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
Ø Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
Ø Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam
Yati Riyanto (1996:16) dan Suharsimi Arikunto (1995 :64-65) hipotesis dapat
dikatakan baik jika memenuhi 4 kriteria berikut :
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel.
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar
teoritis dan hasil penemuan terdahulu.
3. Hipotesis harus dapat diuji.
4. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat.
Yang dapat dijadikan kriteria
penyusunan hipotesis adalah hipotesis seharusnya dirumuskan dalam kalimat
pernyataan (statement), bukan pertanyaan (question) atau yang
lain.
E.
Pengujian Hipotesis
Donald Ary et al (dalam
Arief Furchan , 1982 ; 133) dan Yati Riyanto (1996:16-17) untuk menguji
hipotesis peneliti perlu :
- Menarik kesimpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar
- Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau prosedut lain yang diperlukan untuk menunjukan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak
- Menerapkan metode ini serta mebgumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
Hipotesis tidak harus ada dalam
penelitian, yaitu ada peneliti yang tanpa harus mengajukan dan merumuskan
hipotesis apabila peneliti tidak atau belum dapat menentukan prediksi jawaban
terhadap hasil penelitian.Penelitian yang biasanya tanpa hipotesis diantaranya
:
- Penelitian deskriptif
- Penelitian historis
- Penelitian evaluasi.
Beberapa sumber tidak terbuktinya
hipotesis menurut S.Margono (1997: 192-193) dapat dicari dari :
- Landasan teori yang digunakan untuk menyusun hipotesis sudah kadaluarsa; sudah kurang sahih; atau kurang adekuat.
- Sampel penelitian terlalu kecil.
- Sampel penelitian tidak diambil secara rambang.
- Kurang cermatnya mengeliminasi atau menetralisasi variable-variabel luar atau ekstraneus.
- Instrument atau metode pengumpulan data yang tidak sahih dan tidak terandalkan.
- Rancangan penelitian yang digunakan tidak tepat.
- Perhitungan-perhitungan dalam analisisnya kurang cermat.
- Hipotesisnya sendiri yang “palsu”, dan kenyataannya bertentangan dengan hipotesis itu (Sutrisno Hadi, 1981)[[6]].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar