Dalam hadis yang sangat panjang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menceritakan kejadian yang dialami manusia ketika di padang
mahsyar. Dalam penggalan cerita itu, manusia berbondong-bondong
mendatangi Nuh agar beliau berdoa kepada Allah. Mereka mengatakan,
يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ
Wahai Nuh, anda rasul pertama di muka bumi. Allah menggelari anda
dengan hamba yang pandai bersyukur, berikanlah syafaat untuk kami di
hadapan Rabmu…
Namun Nabi Nuh kala itu tidak bersedia, karena
alasan tertentu. Kemudian beliau mengarahkan agar mendatangi Nabi
Ibrahim. (HR. Ahmad 9873, Bukhari 3340, Muslim 501 dan yang lainnya).
Kedua, mengapa Nuh sebagai rasul pertama?
Jika Nuh rasul pertama, bagaimana dengan Adam?
Adam
manusia pertama sekaligus nabi, namun beliau bukan rasul. Beliau
menerima wahyu dari Allah, untuk diri beliau dan semua orang yang ada di
sekitar beliau. Dan mereka semua dalam kondisi beriman, sekalipun ada
diantara mereka yang melakukan dosa.
Sementara diantara ciri
rasul, mereka Allah utus untuk menghadapi kaum yang menyimpang dan
keluar dari islam karena pelanggaran kesyirikan. Seperti yang dialami
kaum nabi Nuh ‘alaihis salam.
Ketiga, antara Adam dan Nuh, belum ada kesyirikan
Jarak
antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Sebelum Nabi Nuh diutus, tidak ada
satupun manusia yang berbuat syirik dan kufur kepada Allah.
Keterangan ini disampaikan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,
كان بين نوح وآدم عشرة قرون، كلهم على شريعة من الحق. فاختلفوا، فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين.
Antara
Nuh dan Adam ada 10 generasi. Mereka semua berada di atas syariat yang
benar. Kemudian mereka saling berselisih. Kemudian Allah mengutus para
nabi, sebagai pemberi gambar gembira dan kabar peringatan. (HR.
At-Thabari dalam Tafsirnya no. 4048).
Allah mengutus Nuh ketika ada sebagian manusia yang berbuat kesyirikan, karena itulah, beliau menjadi rosul pertama.
Keempat, berhala di masa Nuh, mewakili orang soleh yang diagungkan kaum mereka
Allah menceritakan upaya pembelaan kaum Nuh terhadap berhala mereka,
قَالَ
نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ
وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا . وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا. وَقَالُوا
لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا
يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
Nuh berkata: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang
yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian
belaka, (21) dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. (22) Dan mereka
berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)wadd,
dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.” (QS. Nuh: 21 – 23).
Siapakah berhala-berhala ini?
Ibnu Abbas menjelaskan,
أَسْمَاءُ
رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى
الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى
كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا
فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ
عُبِدَتْ
Mereka adalah nama-nama orang soleh di kalangan
kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk
membuat prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh itu. Dan
memberi nama prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun
melakukannya. Namun prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi
(pembuat prasasti) ini meninggal, dan pengetahuan tentang prasasti ini
mulai kabur, akhirnya prasasti ini disembah. (HR. Bukhari 4920).
Dari pemaparan di atas bisa kita simpulkan,
-Kesyirikan pertama terjadi di zaman Nabi Nuh ‘alahis shalatu was salam
-Karena adanya kesyirikan ini, Allah mengutus Nabi Nuh sebagai rasul pertama
-Sebab terjadi kesyirikan pertama di bumi adalah karena mengagungkan orang soleh yang telah meninggal.
Ini menunjukkan betapa bahayanya mengkultuskan orang soleh. Berawal
dari kultus, kemudian orang menyembah orang soleh itu. Karena itu, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang semua sikap ghuluw
(berlebih-lebihan). Karena sikap ghuluw, sumber bencana umat manusia
dari zaman ke zaman.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِى الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِى الدِّينِ
Hindari
sikap ghuluw dalam masalah agama. Karena yang membinasakan umat sebelum
kalian adalah ghuluw dalam masalah agama. (HR. Nasai 3070, Ibnu Majah
3144, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Kategori
- Akhlaq (11)
- Aqidah (12)
- Berdebat Dalam Islam (3)
- Berilmu Sebelum Beramal (Belajar Islam) (25)
- Dakwah (13)
- Dimana Allah ? (10)
- Do'a dan Dzikir (3)
- Fiqih (40)
- Firqah Sesat (11)
- Hijab Muslimah (11)
- Ilmu Hadits (8)
- Manhaj (3)
- Nasehat (13)
- Pacaran (8)
- Pernikahan (2)
- Puasa (3)
- Rumah Tangga (11)
- Sejarah Islam (16)
- Sifat Sholat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (1)
- Syarah Hadits Arba'in (12)
Selasa, 08 Desember 2020
Kesyirikan Paling Pertama di Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar