Kamis, 13 Oktober 2016

MANIFESTASI PERILAKU BELAJAR I



MAKALAH
MANIFESTASI PERILAKU BELAJAR I
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PSYKOLOGI BELAJAR
DOSEN : M. Asep Fathur Rozi, M.Pd.I
Oleh:
MUHAMMAD HAMKA SAFI’I
YUSUUF ARIFIN
PAI B / III
PROGAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
Oktober 2016


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH Subhaanahu Wata’aalaa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang di ajukan untuk memenuhi salah satu mata tugas kuliah“Psykologi Belajar” di STAIM Tulungagung.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari jaman jahiliah munuju ke zaman terang yakni agama islam.
Dengan selesainya makalah ini dengan judul “Manifestasi Perilaku Belajar I” Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat  :
1.    Bapak Nurul Amin M.Ag Selaku Ketua STAI Muhammadiyah Tulungagung.
2.   Bapak M. Asep Fathur Rozi, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing  kami dalam pembuatan makalah ini. 
3.    Serta teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu dengan kerendahan hati,kami mengharap kepada semua pihak segala kritik dan saran atas kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya dengan syukur alhamdulilah atas selesainya masalah yang kami buat ini, teriringi doa semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 13 Oktober  2016


Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I  :          PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang masalah.............................................. 1
B.           Rumusan Masalah....................................................... 1
C.           Tujuan Penulisan......................................................... 1
BAB II :         PEMBAHASAN
A.           Pengertian Manifestasi Perilaku Belajar...................... 3
B.           Manifestasi Kebiasaan................................................ 4
C.           Manifestasi Ketranpilan.............................................. 5
D.           Manifestasi Pengamatan............................................. 6
E.            Manifestasi Berfikir Asosiatif dan daya Ingat............ 7
F.            Manifestasi Berfikir Rasional dan Kristis................... 9


BAB III:         PENUTUP
                        KESIMPULAN................................................................... 12                
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13        




BAB I
PENDAHULUAN
A.      LatarBelakang
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Namun manifestasi atau perwujudan dasarnya adalah merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai berbagai macam dari definisi Manifestasi Perilaku Belajar itu sendiri.

B.       RumusanMasalah
1.      Apa makna Manifestasi Perilaku Belajar ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Manifestasi Kebiasaan ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Manifestasi Keterampilan ?
4.      Apa yang dimaksud dengan Manifestasi Pengamatan ?
5.      Apa yang dimaksud dengan Manifestasi Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat ?
6.      Apa yang dimaksud dengan Manifestasi Berfikir Rasional dan Kritis ?

C.      TujuanPenulisan
1.      Agar kita bisa memahami makna dari Manifestasi (Perwujudan) Perilaku Belajar.
2.      Agar kita bisa memahami makna dari Manifestasi Kebiasaan.
3.      Agar kita bisa memahami makna dari Manifestasi Keterampilan.
4.      Agar kita bisa memahami makna dari Manifestasi Pengamatan.
5.      Agar kita bisa memahami makna dari Manifestasi Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat.
6.      Agar kita bisa memahami makna dari Manifestasi Berfikir Rasional dan Kritis.

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Manifestasi Perilaku Belajar
Manifestasi atau perwujudan atau menurut istilah sebagai sebuah hasil dari apa yang dilakukan, yang berupa positif maupun negatif.
Adapun pengertian Manifestasi sendiri menurut kami cukup terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat: Tindakannya itu sebagai suatu manifestasi kemarahan hatinya.
2. Perwujudan atau bentuk dari sesuatu yang tidak kelihatan: Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan manifestasi cita-cita bangsa. Akan tetapi manifestasi belajar berarti sebuah pernyataan atau perwujudan yang diperoleh sebagai reaksi dari sebuah proses belajar karena proses belajar (yang benar ataupun yang tidak benar) tetap akan membuahkan sebuah hasil. Hasil inilah yang disebut sebagai manifestasi belajar. Lebih lanjut perlu dibahas pengertian belajar menurut para ahli.[[1]] Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadian dan perilaku individu.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa : “sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar”. Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.[[2]]

             Manifestasi Perilaku Belajar merupakan suatu  perwujudan, sebuah hasil dari sebuah pembelajaran. Perwujudan dan perilaku belajar akan tampak bagi seorang siswa yang telah mengalami proses pembelajaran.

B.   Manifestasi Kebiasaan
Kebiasaan dalam diri seseorang yang telah belajar akan tampak mengalami perubahan. Menurut Burghardt (1973) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar kebiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.[[3]]
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan.contoh : seorang siswa yang belajar bahasa secara berulang-ulang, ia akan cenderung menghindari penggunaan bahasa yang salah, akhirnya ia akan terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Misalnya seseorang yang belajar mengetik, proses selama belajar mengetik akan membentuk suatu kebiasaan tersendiri dalam hal mengetik pada pribadi yang melakukan pembelajaran itu. Ia akan mengetik dengan menggunakan sepuluh jari. Mengetik dengan sepuluh jari merupakan suatu kebiasaan yang diperoleh setelah proses belajar. Kebiasaan diperoleh semenjak seseorang masih bayi. Untuk itu orang tua dan guru bertugas untuk menanamkan kebiasaan yang baik pada anak dan anak didiknya. Pepatah melayu mengatakan “ala bisa karena biasa”, betapa penting pembiasaan terhadap pribadi anak dan anak didik karena kebiasaan akan melahirkan kebisaan (kemampuan). Kalau anak diajarkan berdo’a dan dididik berdo’a setiap kali akan makan maka ia akan terbiasa berdo’a sebelum makan tanpa disuruh atau diperingatkan.[[4]]

C.      Manifestasi Keterampilan
Ketrampilan merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot, seperti mengetik, mengemudi, menjahit, dan lain-lain. Ketrampilan termasuk bersifat motorik, meskipun bersifat motorik ketrampilan memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.        
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya moyotik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang yeliti dan kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang mengeluarkan gerakan motorik degan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.[[5]] Jadi, seorang anak yang melakukan gerakan dengan tanpa diiringi koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi berarti anak tersebut belum disebut terampil atau tidak terampil.[[6]]
Menurut Reber (1988) : “ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapih secara mulusdan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu”. Terampil atau tidaknya seseorang dapat kita ketahui dari ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Ketelitian yang ditandaidengan jumlah kesalahan minimum.
2.      Koordinasi sistem respons yang harmonis dan teliti.
3.      Kecepatan, yang ditandai dengan lamanya waktu yang di perlukan dalam menyelesaikan suatu kegiatan dengan jumlah kesalahan minimum atau tidak asal-asalan. Sebagai contoh adalah seseorang yang memiliki keterampilan bermain guitar. Kita dapat melihat ketelitian dan kepiawaiannya dalam memetik dawai-dawai guitar dan memindahkan jemari tangannya dari satu kunci ke kunci yang lain sebagai bentuk dari sistem koordinasi harmonis.[[7]]

D.      Manifestasi Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu bentuk belajar yang dilakukan oleh manusia. Pengamatan merupakan sebuah proses penangkapan dan penafsiran pesan yang ada pada stimuli melalui alat indera. Pengamatan adalah salah satu hal yang penting dalam proses belajar, karena dari pengamatan akan memunculkan sebuah definisi. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar. Jadi, jika sebuah pengamatan yang dilakukan salah, maka definisi yang di munculkan pun salah. Contoh :Seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio, akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu, namun melalui proses belajar lambat-laun akan diketahuinya juga, bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya, sedangkan penyiarnya berada jauh di pemancar.
Proses pengamatan dimulai dari diskriminasi dan generalisasi. Proses pengamatan yang dimulai dari diskriminasi, yaitu : proses pengamatan dengan cara dimulai dari membedakan benda yang diamatinya dengan benda yang lain, dari proses pembedaan tersebut akan memunculkan sebuah kesimpulan bahwa benda yang di amati jelas berbeda dengan benda yang lainnya. Dan proses pengamatan yang dimulai dari generalisasi, yaitu : proses pengamatan dengan cara mencari persamaan dari benda yang diamati dengan benda yang ada.[[8]]


E.       Manifestasi Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat
Asosiatif ialah sebuah kemampuan untuk menghubungkan data-data yang diperoleh. Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan  cara mengasosiasikan sesuatu hal (benda atau peristiwa) dengan hal lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Kemampuan siswa dalam berasosiasi secara benar dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar sebelumnya.
Contoh : dari kemampuan mengasosiasikan seperti menghubungkan antara tanggal 17 Agustus dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia,
Daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab daya ingat merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif.
       Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, dan meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi yang sedang dihadapi. Menurut Sarlito W. Sarwono : “berpikir asosiatif yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan”. Jenis berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya pada para pencipta, penemu, penggagas dan sebagainya dalam bidang ilmu, seni, pemasaran, dan sebagainya. Ada[un enis-jenis berpikir asosiatif adalah:
§  Asosiasdi Bebas: satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya beberapa ide, misalnya tentang restoran, dapur, nasi, anak yatim yang belum sempat diberi makan, atau apa saja.
§  Asosiasi Terkontrol: Satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain, misalnya tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya. Tetapi, tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu, seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
§  Melamun: Mengkhayal bebas, sebebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. Misalnya, berkhayal jadi orang kaya, jadi Superman, atau jadi Putri Salju. Anak kecil sering kali belum dapat membedakan antara khayalan dan realita sehinggga kalau dia menceritakan, misalnya tentang sahabat yang ada dalam khayalannya kepada ibunya, ibu-ibu yang tidak paham akan jiwa anak, sering kali memarahi anaknya dan menganggapnya sebagai pembohong. Di sisi lain, banyak temua-temuan penting dalam ilmu pengetahuan yang dimuali dari lamunan. Newton misalnya, menemukan teori tentang daya tarik bumi setelah ia melamun tentang mengapa buah apel bisa jatuh sehingga bisa menimpa kepalanya.
§  Mimpi: Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mmimpi ini kadang-kadang terlupakan paada waktu bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat. Mimpi bisa merupakan kilas balik peristitwa-peristiwa masa lalu, namaun bisa juga berupa harapan-harapan yang tak terpenuhi, atau bahkan tak bermakna sama sekali. Sigmun Freud pakar psikoanalisis, menyatakan bahwa “mimpi sangat penting karena berisi dorongan-dorongan dari alam bawah sadar yang tidak dimunculkan dalam kesadaran karena dilarang oleh Super-ego”. Freud suka menggali isi mimpi pasien-pasiennya untuk dianalisis dengan menggunakan teknik “analisis mimpi”.
§  Berpikir Artistik merupakan proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat diperngaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekita. Hal ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
Berpikir asosiatif hanya mungkin terjadi apabila seseorang telah belajar tentang data yang ia dapatkan, misalnya seseorang hanya akan mengasosiasikan 17 Agustus dengan Hari Kemerdekaan RI, Bandung dengan KAA dan seterusnya. [[9]]


F.       Manifestasi Berfikir Rasional dan Kristis
Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan memecahkan masalah.
Pada umumnya siswa yang berpikir rasional dan menggunakan prinsip-prinsipdan dasar-dasar pengertiandalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keadaan gagasan pemecahan masalah mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber, 1988).
Berfikir rasional merupakan suatu poses berfikir dengan tingkat abstraksi yang tinggi. Berfikir rasional sering dikaitkan dengan pertanyaan how dan why (bagaimana dan mengapa). Dalam berfikir rasional seseorang dituntut untuk dapat melihat hubungan sebab-akibat (teory kausal), menganalisa masalah, menarik generalisasi, menarik hukum-hukum dan membuat ramalan (prediksi). Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
Pembentukan pengertian; merupakan pengertian logis yang dibentuk melalui tiga tingkat yaitu: (1) Menganalisa ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut kita perhatikan unsusr-unsurnya satu demi satu. (2) Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yaang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki. (3) Mengabstraksikan, yang menyisihkan, membuang, ciri-ciriny tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki; misalnya manusia adalah makhluk yang berbudi.
Pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdeiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau prediket. Subjek adalah pengertian yang diterangkan, sedangkan prediket adalah pengertian yang menerangkan; misalnya rumah itu baru.
Pendapat ada tiga jenis; (1) Afirmatif; yaitu pendapat yang mengayakan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu. (2) Negatif; yaitu pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada suatu hal. (3) Modalitas atau kebarangkalian; yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan; adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan; (1) Induktif; yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. (2) Deduktif; yaitu keputusan yang ditarik dari hal umum ke hal yang khusus. (3) Analogis; yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.[14]
Oleh karena itu, berfikir rasional akan sangat berguna dalam memecahkan suatu masalah (problem solving) karena berfikir rasional selalu mengedepankan objektifitas dari pada subjektifitas. Sebab, subjektifitas selalu dipengaruhi oleh emosi dan ego yang berdampak melihat sesuatu dari sudut pandang pribadi. Dalam berfikir rasional hal ini harus dihindari supaya melahirkan suatu sikap objektif.
Contohnya : seorang siswa yang sedang mendapati masalah dengan kelangsungan mengikuti UAS, karena kartu UASnya tidak dapat diambil atau ditahan. Ia akan berpikir dan mencari tahu (penyebab) mengapa kartu UASnya ditahan. Lalu ia menganalisis, dan hasil analisisnya kartunya ditahan karena ia belum melunasi pembayaran dan kesimpulan yang di tarik ia harus segera melunasi pembayaran atau mendatangi staf bagian keadministrasian untuk membuat perjanjian pembayaran, agar mendapat keringanan sehingga kartu UAS milik siswa tersebut dapat diambil.[[10]]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.    Manifestasi atau perwujudan atau menurut istilah sebagai sebuah hasil dari apa yang dilakukan, yang berupa positif maupun negatif. Dan makna manifestasi sendiri penyusun menyimpulan menjadi dua yaitu:
1.         Perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat.
2.         Perwujudan atau bentuk dari sesuatu yang tidak kelihatan.
2.    Manifestasi Kebiasaan adalah Kebiasaan dalam diri seseorang yang telah belajar akan tampak mengalami perubahan.
3.    Manifestasi Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya moyotik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang yeliti dan kesadaran tinggi.
4.    Manifestasi Pengamatan adalah merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar, karena dari pengamatan akan memunculkan sebuah definisi.
5.    Manifestasi Asosiatif ialah sebuah kemampuan untuk menghubungkan data-data yang diperoleh. Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan  cara mengasosiasikan sesuatu hal (benda atau peristiwa) dengan hal lainnya. Sedangkan Daya Ingat merupakan manifestasi / perwujudan belajar juga, sebab daya ingat merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif.
6.    Manifestasi Berpikir rasional dan kritis yaitu  perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan memecahkan masalah. Dan pada umumnya siswa yang berpikir rasional dan menggunakan prinsip-prinsipdan dasar-dasar pengertiandalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan.

DAFTAR PUSTAKA
·           Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset).
·           Ayui Sutamy, Makalah Psikologi Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html  , Sabtu 17 Desember 2011, 5:32 PM.
·           Salimah,  psikologi pendidikan, faktor yang mempengaruhi belajar, http://salimahbadroji.blogspot.co.id/2011/04/psikologi-pendidikan-faktor-yang.html  , Kamis, 07 April 2011, 4:49 PM.


[1]. Ayui Sutamy, Makalah Psikologi Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html , Sabtu 17 Desember 2011, 5:32 PM.
[2] . Ibid.
[3] . Muhibbin Syah, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset), hal. 118.
[4] .  Ayui Sutamy, Makalah Psikologi Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html , Sabtu 17 Desember 2011, 5:32 PM.
[5] . Salimah,  psikologi pendidikan, faktor yang mempengaruhi belajar, http://salimahbadroji.blogspot.co.id/2011/04/psikologi-pendidikan-faktor-yang.html , Kamis, 07 April 2011, 4:49 PM.
[6] .  Ayui Sutamy, Makalah Psikologi Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html , Sabtu 17 Desember 2011, 5:32 PM.
[7] . Ibid.
[8] . Ibid.
[9] . Ibid (dengan sedikit pengurangan).
[10]. Ibid.