MAKALAH
MANIFESTASI PERILAKU BELAJAR I
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
PSYKOLOGI BELAJAR
DOSEN : M. Asep Fathur Rozi, M.Pd.I
Oleh:
MUHAMMAD HAMKA SAFI’I
YUSUUF ARIFIN
PAI B / III
PROGAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
Oktober 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH Subhaanahu
Wata’aalaa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang di ajukan untuk memenuhi salah satu mata tugas kuliah“Psykologi
Belajar” di STAIM Tulungagung.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari jaman
jahiliah munuju ke zaman terang yakni agama islam.
Dengan selesainya makalah ini dengan judul “Manifestasi Perilaku Belajar
I” Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.
Bapak Nurul Amin M.Ag Selaku Ketua STAI Muhammadiyah
Tulungagung.
2. Bapak M. Asep Fathur Rozi, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
3.
Serta
teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu dengan kerendahan hati,kami mengharap kepada semua pihak
segala kritik dan saran atas kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya dengan syukur alhamdulilah atas selesainya
masalah yang kami buat ini, teriringi doa semoga bermanfaat bagi penyusun
khususnya pembaca pada umumnya.
Tulungagung, 13 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah.............................................. 1
B.
Rumusan Masalah....................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan......................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manifestasi Perilaku Belajar...................... 3
B.
Manifestasi
Kebiasaan................................................ 4
C.
Manifestasi
Ketranpilan.............................................. 5
D.
Manifestasi
Pengamatan............................................. 6
E.
Manifestasi
Berfikir Asosiatif dan daya Ingat............ 7
F.
Manifestasi Berfikir Rasional dan Kristis................... 9
BAB III: PENUTUP
KESIMPULAN................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Sebagian orang
beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Ada pula
sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang
tampak pada latihan membaca dan menulis. Namun manifestasi atau perwujudan dasarnya adalah
merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
seseorang. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu
pengetahuan atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa
sikap. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai berbagai
macam dari definisi Manifestasi Perilaku Belajar itu sendiri.
B.
RumusanMasalah
1.
Apa
makna Manifestasi Perilaku Belajar ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Manifestasi Kebiasaan ?
3.
Apa
yang dimaksud dengan Manifestasi Keterampilan ?
4.
Apa
yang dimaksud dengan Manifestasi Pengamatan ?
5.
Apa
yang dimaksud dengan Manifestasi Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat ?
6.
Apa
yang dimaksud dengan Manifestasi Berfikir Rasional dan Kritis ?
C.
TujuanPenulisan
1. Agar
kita bisa memahami makna dari Manifestasi (Perwujudan) Perilaku Belajar.
2. Agar
kita bisa memahami makna dari Manifestasi Kebiasaan.
3.
Agar
kita bisa memahami makna dari Manifestasi Keterampilan.
4.
Agar
kita bisa memahami makna dari Manifestasi Pengamatan.
5.
Agar
kita bisa memahami makna dari Manifestasi Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat.
6.
Agar
kita bisa memahami makna dari Manifestasi Berfikir Rasional dan Kritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manifestasi Perilaku
Belajar
Manifestasi atau perwujudan atau menurut istilah sebagai
sebuah hasil dari apa yang dilakukan, yang berupa positif maupun negatif.
Adapun pengertian Manifestasi sendiri menurut kami cukup terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau
pendapat: Tindakannya itu sebagai suatu manifestasi kemarahan hatinya.
2. Perwujudan atau bentuk dari sesuatu yang tidak kelihatan:
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan manifestasi cita-cita bangsa. Akan
tetapi manifestasi belajar berarti sebuah pernyataan atau perwujudan yang
diperoleh sebagai reaksi dari sebuah proses belajar karena proses belajar (yang
benar ataupun yang tidak benar) tetap akan membuahkan sebuah hasil. Hasil
inilah yang disebut sebagai manifestasi belajar. Lebih lanjut perlu dibahas
pengertian belajar menurut para ahli.[[1]] Belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadian dan perilaku individu.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa : “sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.[[2]]
Manifestasi Perilaku Belajar merupakan suatu perwujudan, sebuah
hasil dari sebuah pembelajaran. Perwujudan dan perilaku belajar akan tampak
bagi seorang siswa yang telah mengalami proses pembelajaran.
B. Manifestasi
Kebiasaan
Kebiasaan dalam diri seseorang yang telah belajar akan
tampak mengalami perubahan. Menurut Burghardt (1973) kebiasaan itu timbul
karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi
yang berulang-ulang. Dalam proses belajar kebiasaan juga meliputi pengurangan
perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan inilah muncul suatu
pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.[[3]]
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan.contoh :
seorang siswa yang belajar bahasa secara berulang-ulang, ia akan cenderung
menghindari penggunaan bahasa yang salah, akhirnya ia akan terbiasa menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
Misalnya seseorang yang belajar mengetik, proses selama
belajar mengetik akan membentuk suatu kebiasaan tersendiri dalam hal mengetik
pada pribadi yang melakukan pembelajaran itu. Ia akan mengetik dengan
menggunakan sepuluh jari. Mengetik dengan sepuluh jari merupakan suatu
kebiasaan yang diperoleh setelah proses belajar. Kebiasaan diperoleh semenjak
seseorang masih bayi. Untuk itu orang tua dan guru bertugas untuk menanamkan
kebiasaan yang baik pada anak dan anak didiknya. Pepatah melayu mengatakan “ala
bisa karena biasa”, betapa penting pembiasaan terhadap pribadi anak dan anak didik
karena kebiasaan akan melahirkan kebisaan (kemampuan). Kalau anak diajarkan
berdo’a dan dididik berdo’a setiap kali akan makan maka ia akan terbiasa
berdo’a sebelum makan tanpa disuruh atau diperingatkan.[[4]]
C.
Manifestasi Keterampilan
Ketrampilan merupakan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot, seperti mengetik, mengemudi,
menjahit, dan lain-lain. Ketrampilan termasuk bersifat motorik, meskipun
bersifat motorik ketrampilan memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah
seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya
moyotik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang yeliti dan
kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang mengeluarkan gerakan motorik
degan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak
terampil.[[5]] Jadi, seorang anak yang melakukan gerakan
dengan tanpa diiringi koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi
berarti anak tersebut belum disebut terampil atau tidak terampil.[[6]]
Menurut Reber (1988) : “ketrampilan adalah kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapih secara
mulusdan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu”. Terampil atau
tidaknya seseorang dapat kita ketahui dari ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ketelitian yang ditandaidengan
jumlah kesalahan minimum.
2. Koordinasi sistem respons yang
harmonis dan teliti.
3. Kecepatan, yang ditandai dengan
lamanya waktu yang di perlukan dalam menyelesaikan suatu kegiatan dengan jumlah
kesalahan minimum atau tidak asal-asalan. Sebagai contoh adalah seseorang yang
memiliki keterampilan bermain guitar. Kita dapat melihat ketelitian dan
kepiawaiannya dalam memetik dawai-dawai guitar dan memindahkan jemari tangannya
dari satu kunci ke kunci yang lain sebagai bentuk dari sistem koordinasi
harmonis.[[7]]
D.
Manifestasi
Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu bentuk belajar yang
dilakukan oleh manusia. Pengamatan merupakan sebuah proses penangkapan dan
penafsiran pesan yang ada pada stimuli melalui alat indera. Pengamatan adalah
salah satu hal yang penting dalam proses belajar, karena dari pengamatan akan
memunculkan sebuah definisi. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi
arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga
peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
Jadi, jika
sebuah pengamatan yang dilakukan salah, maka definisi yang di munculkan pun
salah. Contoh :Seorang anak yang baru pertama kali
mendengarkan radio, akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak
bersuara itu, namun melalui proses belajar lambat-laun akan diketahuinya juga,
bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya, sedangkan penyiarnya berada
jauh di pemancar.
Proses pengamatan dimulai dari diskriminasi dan generalisasi. Proses
pengamatan yang dimulai dari diskriminasi, yaitu : proses pengamatan dengan
cara dimulai dari membedakan benda yang diamatinya dengan benda yang lain, dari
proses pembedaan tersebut akan memunculkan sebuah kesimpulan bahwa benda yang
di amati jelas berbeda dengan benda yang lainnya. Dan proses pengamatan yang
dimulai dari generalisasi, yaitu : proses pengamatan dengan cara mencari
persamaan dari benda yang diamati dengan benda yang ada.[[8]]
E.
Manifestasi Berfikir Asosiatif dan
Daya Ingat
Asosiatif ialah
sebuah kemampuan untuk menghubungkan data-data yang diperoleh. Berpikir
asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu hal (benda atau peristiwa) dengan hal lainnya. Berpikir
asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan
respons. Kemampuan siswa dalam berasosiasi secara benar dipengaruhi oleh
tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar
sebelumnya.
Contoh : dari
kemampuan mengasosiasikan seperti menghubungkan antara tanggal 17 Agustus
dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia,
Daya ingat pun merupakan perwujudan belajar,
sebab daya ingat merupakan unsur pokok dalam berpikir
asosiatif.
Jadi, siswa
yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan
materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, dan meningkatnya kemampuan
menghubungkan materi tersebut dengan situasi yang sedang dihadapi. Menurut Sarlito W. Sarwono : “berpikir
asosiatif yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide
lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau
diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul
atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan”. Jenis
berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif,
umumnya pada para pencipta, penemu, penggagas dan sebagainya dalam bidang ilmu,
seni, pemasaran, dan sebagainya. Ada[un enis-jenis berpikir asosiatif adalah:
§ Asosiasdi Bebas: satu ide
akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya beberapa ide, misalnya
tentang restoran, dapur, nasi, anak yatim yang belum sempat diberi makan, atau
apa saja.
§ Asosiasi Terkontrol: Satu
ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu.
Misalnya, ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain, misalnya
tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya. Tetapi,
tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu, seperti peraturan lalu
lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang piutang
yang belum ditagih, dan sebagainya.
§ Melamun: Mengkhayal bebas,
sebebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. Misalnya,
berkhayal jadi orang kaya, jadi Superman, atau jadi Putri Salju. Anak kecil
sering kali belum dapat membedakan antara khayalan dan realita sehinggga kalau
dia menceritakan, misalnya tentang sahabat yang ada dalam khayalannya kepada
ibunya, ibu-ibu yang tidak paham akan jiwa anak, sering kali memarahi anaknya
dan menganggapnya sebagai pembohong. Di sisi lain, banyak temua-temuan penting
dalam ilmu pengetahuan yang dimuali dari lamunan. Newton misalnya, menemukan
teori tentang daya tarik bumi setelah ia melamun tentang mengapa buah apel bisa
jatuh sehingga bisa menimpa kepalanya.
§ Mimpi: Ide-ide tentang
berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mmimpi ini
kadang-kadang terlupakan paada waktu bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat
diingat. Mimpi bisa merupakan kilas balik peristitwa-peristiwa masa lalu,
namaun bisa juga berupa harapan-harapan yang tak terpenuhi, atau bahkan tak
bermakna sama sekali. Sigmun Freud pakar psikoanalisis, menyatakan bahwa “mimpi
sangat penting karena berisi dorongan-dorongan dari alam bawah sadar yang tidak
dimunculkan dalam kesadaran karena dilarang oleh Super-ego”. Freud suka
menggali isi mimpi pasien-pasiennya untuk dianalisis dengan menggunakan teknik
“analisis mimpi”.
§ Berpikir Artistik merupakan
proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat diperngaruhi oleh
pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekita. Hal ini
sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
Berpikir asosiatif hanya mungkin
terjadi apabila seseorang telah belajar tentang data yang ia dapatkan, misalnya
seseorang hanya akan mengasosiasikan 17 Agustus dengan Hari Kemerdekaan RI,
Bandung dengan KAA dan seterusnya. [[9]]
F. Manifestasi Berfikir Rasional dan
Kristis
Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar
terutama yang bertalian dengan memecahkan masalah.
Pada umumnya siswa yang
berpikir rasional dan menggunakan prinsip-prinsipdan dasar-dasar pengertiandalam
menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
Dalam berpikir
rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan
sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga
menciptakan hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal
berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang
tepat untuk menguji keadaan gagasan pemecahan masalah mengatasi kesalahan atau
kekurangan (Reber, 1988).
Berfikir
rasional merupakan suatu poses berfikir dengan tingkat abstraksi yang tinggi.
Berfikir rasional sering dikaitkan dengan pertanyaan how dan why (bagaimana dan
mengapa). Dalam berfikir rasional seseorang dituntut untuk dapat melihat
hubungan sebab-akibat (teory kausal), menganalisa masalah, menarik
generalisasi, menarik hukum-hukum dan membuat ramalan (prediksi). Proses atau jalannya berpikir itu
pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
Pembentukan pengertian; merupakan pengertian logis yang
dibentuk melalui tiga tingkat yaitu: (1) Menganalisa ciri-ciri dari sejumlah
objek yang sejenis. Objek tersebut kita perhatikan unsusr-unsurnya satu demi
satu. (2) Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri
mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yaang selalu ada dan mana yang tidak
selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki. (3) Mengabstraksikan,
yang menyisihkan, membuang, ciri-ciriny tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang
hakiki; misalnya manusia adalah makhluk yang berbudi.
Pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara dua
buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut
kalimat, yang terdeiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau
prediket. Subjek adalah pengertian yang diterangkan, sedangkan prediket adalah
pengertian yang menerangkan; misalnya rumah itu baru.
Pendapat ada tiga jenis; (1) Afirmatif; yaitu pendapat yang
mengayakan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu. (2) Negatif; yaitu
pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya
sesuatu sifat pada suatu hal. (3) Modalitas atau kebarangkalian; yaitu pendapat
yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada
sesuatu hal.
Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan; adalah
hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan; (1) Induktif; yaitu
keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat
umum. (2) Deduktif; yaitu keputusan yang ditarik dari hal umum ke hal yang
khusus. (3) Analogis; yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan
atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.[14]
Oleh karena itu, berfikir rasional akan sangat berguna dalam
memecahkan suatu masalah (problem solving) karena berfikir rasional selalu
mengedepankan objektifitas dari pada subjektifitas. Sebab, subjektifitas selalu
dipengaruhi oleh emosi dan ego yang berdampak melihat sesuatu dari sudut
pandang pribadi. Dalam berfikir rasional hal ini harus dihindari supaya
melahirkan suatu sikap objektif.
Contohnya :
seorang siswa yang sedang mendapati masalah dengan kelangsungan mengikuti UAS,
karena kartu UASnya tidak dapat diambil atau ditahan. Ia akan berpikir dan
mencari tahu (penyebab) mengapa kartu UASnya ditahan. Lalu ia menganalisis, dan
hasil analisisnya kartunya ditahan karena ia belum melunasi pembayaran dan kesimpulan
yang di tarik ia harus segera melunasi pembayaran atau mendatangi staf bagian
keadministrasian untuk membuat perjanjian pembayaran, agar mendapat keringanan
sehingga kartu UAS milik siswa tersebut dapat diambil.[[10]]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Manifestasi
atau perwujudan atau menurut istilah sebagai sebuah hasil dari apa yang
dilakukan, yang berupa positif maupun negatif. Dan makna manifestasi sendiri
penyusun menyimpulan menjadi dua yaitu:
1.
Perwujudan
sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat.
2.
Perwujudan
atau bentuk dari sesuatu yang tidak kelihatan.
2.
Manifestasi
Kebiasaan adalah Kebiasaan dalam diri seseorang yang telah belajar akan tampak
mengalami perubahan.
3.
Manifestasi Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam
kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.
Meskipun sifatnya moyotik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak
yang yeliti dan kesadaran tinggi.
4.
Manifestasi Pengamatan adalah merupakan salah
satu hal yang penting dalam proses belajar, karena dari pengamatan akan
memunculkan sebuah definisi.
5.
Manifestasi Asosiatif ialah sebuah kemampuan
untuk menghubungkan data-data yang diperoleh. Berpikir asosiatif adalah
berpikir dengan cara mengasosiasikan
sesuatu hal (benda atau peristiwa) dengan hal lainnya. Sedangkan Daya Ingat merupakan
manifestasi / perwujudan belajar juga, sebab daya ingat merupakan unsur pokok
dalam berpikir asosiatif.
6.
Manifestasi Berpikir rasional dan kritis
yaitu perwujudan perilaku belajar
terutama yang bertalian dengan memecahkan masalah. Dan pada umumnya siswa yang berpikir rasional
dan menggunakan prinsip-prinsipdan dasar-dasar pengertiandalam menjawab
pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional,
siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat,
menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan
hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung : Remaja Rosdakarya Offset).
·
Ayui
Sutamy, Makalah Psikologi Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html , Sabtu 17
Desember 2011, 5:32 PM.
·
Salimah, psikologi pendidikan, faktor yang
mempengaruhi belajar, http://salimahbadroji.blogspot.co.id/2011/04/psikologi-pendidikan-faktor-yang.html , Kamis, 07 April 2011, 4:49 PM.
[1].
Ayui Sutamy, Makalah Psikologi
Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html
, Sabtu 17
Desember 2011, 5:32 PM.
[2]
. Ibid.
[3]
. Muhibbin Syah, 1999, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset),
hal. 118.
[4]
. Ayui Sutamy, Makalah Psikologi Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html
, Sabtu 17 Desember 2011, 5:32 PM.
[5] . Salimah, psikologi
pendidikan, faktor yang mempengaruhi belajar, http://salimahbadroji.blogspot.co.id/2011/04/psikologi-pendidikan-faktor-yang.html , Kamis, 07
April 2011, 4:49 PM.
[6] .
Ayui Sutamy, Makalah Psikologi
Manifestasi Perilaku Belajar, http://ayuisutamy.blogspot.co.id/2011/12/makalah-psikologi-manifestasi-perilaku.html , Sabtu 17 Desember 2011, 5:32 PM.
[7]
. Ibid.
[8]
. Ibid.
[9]
. Ibid (dengan sedikit pengurangan).
[10].
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar