MAKALAH
PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN TURKI USTMANI
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM
DOSEN : Arif Wahyudi, M.Pd.I
Oleh:
YUSUUF ARIFIN
PAI B / III
PROGAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
November 2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH Subhaanahu
Wata’aalaa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang di ajukan untuk memenuhi salah satu mata tugas kuliah“Sejarah
Peradaban Islam” di STAI Muhammadiyah Tulungagung.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari jaman
jahiliah munuju ke zaman terang yakni agama islam.
Dengan selesainya makalah ini dengan judul “Peradaban Islam Masa
Kerajaan Ustmani Turki” Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
2. Bapak Arif Wahyudi, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
3.
Serta
teman-teman yang telahbanyakmembantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu dengan kerendahan hati, kami mengharap kepada semua pihak segala kritik dan saran atas kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya dengan syukur alhamdulilah atas selesainya
masalah yang kami buat ini, teriringi doa semoga bermanfaat bagi penyusun
khususnya pembaca pada umumnya.
Tulungagung, 01 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah.............................................. 1
B.
Rumusan Masalah....................................................... 2
C.
Tujuan Masalah........................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Sekilas Tentang Turki Ustmani................................... 3
B.
Sejarahn Berdirinya kerajaan Turki Ustmani.............. 4
C.
Sultan Turki Ustmani.................................................. 6
D.
Peradaban Islam di Turki............................................ 16
E.
Kemunduran Turki Ustmani....................................... 21
BAB III: PENUTUP
KESIMPULAN................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya
sejarah.Sejarah merupakan segala peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian
yang telah terjadi yang dapat memberikan segala manfaat bagi kehidupan manusia
baik itu menjadi sumber inspirasi, edukatif, maupun sebagai sumber rekreatif
bagi setiap manusia.Khususnya sejarah mengenai peradaban Islam.
Sejarah mengenai peradaban Islam ini memberikan manfaat yang
sangat besar bagi para umat Islam di dunia. Di mana melalui sejarah peradaban
Islam terdapat berbagai cerita atau kronologi mengenai peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan agama Islam baik itu pada zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, , pada masa Khulafaurrasyidin, atau para tabi’in dan tabiuttabi’in.
Salah satu yang dikaji dalam sejarah peradaban Islam ialah
mengenai kerajaan-kerajaan yang berdiri sepeninggalan Rasulullah dan para
sahabatnya, diantara kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Ustmani
yang berdiri selama kurang lebih 7 abad lamanya. Kerajaan Turki Ustmani
dipimpin oleh banyak khalifah karena kerajaan ini berdiri dalam waktu yang
lama.Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Turki
Ustmani, baik itu mengenai konflik intern, ekstern, mengenai kejayaan-kejayaan
yang diperoleh, para pemimpinnya, faktor penyebab kemundurannya dan
sebagainya.Sehingga perlu mempelajari mengenai Kerajaan Turki Ustmani.
Hal inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini
untuk mengkaji lebih dalam mengenai kerajaan Turki Ustmani, baik itu mengenai
latar belakang kemunculannya, para pemimpinnya, kejayaan yang diperoleh serta
faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhannya.
B.
RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1.
Bagaimana sejarah berdirinya
kerajaan Ustmani?
2. Siapa-siapa sajakah Sultan-sultan yang
berkuasa pada masa Dinasti Ustmani?
3.
Bagaimana peradaban Islam di Turki?
4.
Apakah penyebab kemunduran dari
Dinasti Turki Ustmani?
C.
TujuanPenulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah
ini yaitu:
1. Untuk mengetahui
sejarah berdirinya kerajaan Ustmani
2. Untuk mengetahui Sultan-sultan yang berkuasa pada
masa Dinasti Ustmani
3. Untuk
mengetahui peradaban Islam di Turki
4. Untuk
mengetahui penyebab kemunduran dari Dinasti Turki Ustmani
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Turki Ustmani
Dinasti
Turki Ustmani merupakan kekhalifaan yang cukup besar dalam Islam dan memiliki
pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan
Eropa. Bangsa Turki memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan
peradaban Islam.[[1]]
Munculnya
dinasti Ustmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi
kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah (kira-kira abad ke-9).
Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan bani Umayyah di Andalusia (755-1031
M) dan Bani Idris di bagian barat Afrika Utara (788-974 M), fregmentasi itu
semakin menjadi pada sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti
seperti Aghlab, di Kairawan (800-909 M), Bani Thulun di Mesir (858-905 M), Bani
Saman di Bukhara (874-1001 M) dan Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932-1000
M). Kerajaan Ustmani berkuasa secara meluas di Asia kecil sejak munculnya
pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman
mengambil nama mereka dari Ustman I (1290-1326 M), pendiri kerajaan ini dan
keturunannya berkuasa sampai 1922. Di antara negara muslim, Turki Ustmani yang
dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada
masa Sultan Ustman, orang Turki bukan merebut negara-negara Arab, tetapi juga
seluruh daerah antara Kaukasus dan kota Wina. Dari Istanbul, ibu kota kerajaan
itu, mereka menguasai daerah-daerah di sekitar laut tengah dan berabad-abad
lamanya Turki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di
Eropa Barat. Dinasti Turki Ustmani merupakan kekhalifaan Islam yang mempunyai
pengaruh besar dalam peradaban di dunia Islam.[[2]]
B. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki
Ustmani
Kerajaan Turki Ustmani didirikan oleh suku bangsa pengembara
yang berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa
Mongol menyerang umat Islam, pemimpin suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak
anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersbut dan lari ke
arah barat. Bangsa Mongol itu mulai menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang
berada di bawah kekuasaan dinasti Khwarazm Syah tahun 1219-1220 M. Sulaiman
Syah meminta perlindungan kepada Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti
Khwarazm Syah tersebut di Transoksania, sebelum dikalahkan oleh assukan Mongol.
Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke Barat ke arah Asia kecil, dan
di sanalah mereke menetap.Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah
ancaman Mongol reda. Dalam usahanya pindah ke negri Syam tersebut, pemimpin
orang-orang Turki tersebut hanyut di suangi Euphrat yang tiba-tiba pasang
karena banjir besar, tahun 1228.[[3]]
Mereka akhirnya terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama
ingin pulang ke negeri asalnya, dan yang kedua meneruskan perantauannya ke
wilayah Asia Kecil.Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin
oleh Erthogrol (Arthogrol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambkan dirinya
kepada Sultan Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat
di Konya, Anatolia, Asia Kecil.[[4]]
Di sana di bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri
kepada Sultan Seljuk yang sedang berperang melawan Bizanthium.[[5]]
Pada waktu itu bangsa Saljuq yang serumpun dan seagama dengan orang-orang Turki
imigran tadi melihat bahaya bangsa Romawi yang mempunyai kekeuasaan
kemaharajaan Romawi Timur (Bizantium). Dengan adanya tambahan pasukan baru dari
saudara sebangsanya itu pasukan Saljuq menang atas Romawi.Sultan gembira dengan
kemenangan tersebut dan memberi hadiah kepada Erthogrol wilayah yang berbatasan
dengan Bizantum.Dengan senang hati Erthogrol membangun tanah perdikan itu dan
berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut dan merongrong wilayah
Bizantium.Mereka menjadikan Sogud sebagai pusat kekuasaannya.Dinasti Saljuk Rum
sendiri sedang surut pada saat itu.Dinasti tersebut telah berkuasa di Anatholia
bagian tengah kurang lebih dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga
tahun 1300.
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang
diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama
untuk kerajaan Turki Ustmani. Erthogrol meninggal tahun 1280.Ustman ditunjuk
untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas
persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat
meneruskan kepemimpinan pendahulunya.Sultan banyak memberikan hak istimewa
kepada Ustman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang
namanya.Ustman juga diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri dan didoakan
dalam khutbah jum’at.Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan bahwa Ustman
adalah anak Sauji.Sauji itulah anak Erthogrol, sehingga Usman adalah cucunya,
bukan anaknya.Sauji telah meniggal sebelum ayahnya meninggal.Ia meninggal dalam
perjalanan pulang sehabis memohon kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya
Erthogrol untuk tinggal menetap di wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh
Sultan makanya Erthogrol ketika menerima berita ini sedih bercampur gembira.
Sedih karena anaknya meninggal dan gembira karena permohonannya untuk menettap
di wilayah Saljuq itu dikabulkan oleh Sultan.[[6]]
Ketika Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan
dilanjutkan oleh Ustman.Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan Ustmani.
Ustman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia
banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizanthium yang berdekatan dengamn kota Broessa. Pada tahun
1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuq Rum ini kemudian terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil.Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya.Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan
berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Ustman I.[[7]]
C.
Sultan Turki Ustmani
Raja-raja
Turki Ustmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai
kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Mereka
mendapatkan kekuasaan secara turun-temurun, tetapi tidak harus putra pertama
yang menjadi pengganti sultan terdahulu. Ada kalanya putra kedua atau putra
ketiga dan menggantikan sultan. Dalam perkembangan selanjutnya pergantian
kekuasaan itu juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya.
Dengan sistem pergantian kekuasaan yang demikian itu sering timbul perebutan
kekuasaan yang tidak jarang menjadi ajang pertempuran antara satu pangeran
dengan pangeran yang lalinnya, yang mengakibatkan lemahnya kekuasaa Ustmaniyyah.
sejak zaman Ustman hingga Sulaiman yang agung dapat dikatakan bahwa para
sultannya terdiri dari orang-orang yang kuat, dapat mengembangkan kerajaannya
hingga ke Eropa dan ke Amerika.
Di masa
Sulaiman yang bergelar juga al-Qanuni itulah Turki Ustmani mencapai puncak
kejayaannya. Setelah masa itu para sultannya dalam keadaan lemah, ditambah lagi
dengan banyaknya serangan balik dari negeri-negeri Eropa yang sudah merasa
kuat. Akhirnya para penguasa Ustman tidak dapat lagi mempertahankan kerajaanya
yang luas itu dan hilanglah kekuasaannya tahun 1924 ketika Mustafa Kemal
Attaturk menghapuskan kekhalifahan untuk selama-lamanya di bumi Turki dan
bergantilah negeri itu menjadi Republik hingga kini.[[8]]
Dalam sekian lama kekuasaannya
sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang dari tiga puluh delapan sultan, yang
sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima periode.
1. Periode pertama
Periode ini dimulai dari berdirinya
kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur. Sultan-sultannya adalah sebagai
berikut:
a. Usman I 1299-1326
b. Orkhan (putera Usman I) 1326-1359
c. Murad ((putera Orkhan) 1359-1389
d. Bayazid I Yildirim (Putera Murad) 1389-1402. [[9]]
Sebagaimana telah disebutkan di atas, Ustman mendapatkan
kekuasaannya setelah meningglanya Sultan Saljuq Rum, Ala ad-Din II.Kerajaannya
diperkuat dengan menambah wilayah-wilayah yang dirampasnya dari Bizanthium.
Untuk negeri-negeri yang belum ditaklukan di wilayah Asia Kecil, Ustman
mengirim surat kepada mereka untuk memilih dari tiga piliha, yakni tunduk dan
memeluk agama islam, membayar jizyah, atau diperangi. Banyak dari mereka yang
tunduk dan memeluk agama islam, sebagian yang lain mau membayar jizyah, tetapi
ada pula yang menentang dan bersekutu dengan tentara Tartar untuk melawannya.
Ustman pun tidak gentar menghadapinya, disiapkan pasukan
pilihan untuk melawan sekutu Tartar yang akhirnya dapat dikalahkannya.[[10]]
Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Ustman (raja besar keluarga Ustman) tahun 699 H
setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Dia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada
tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan 1326 M kerajaan Turki Ustmani
dapat meenaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar
(1338 M), Ankara (1354 M), dan Galli poli (1356 M). Daerah ini adalah bagian
benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Ustmani.[[11]]
Ketika Murad I berkuasa (1359-1389 M) selain memantapkan
keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat
menaklukkan Adrionopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian
Utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa,
Paus mengobarkan semangat perang.Sejumlah bessar pasukan Eropa disiapkan untuk
memukul mundur Turki Ustmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman , raaja
Honggaria. Namun Sultan Bayazid 1 dapat mengahancurkan pasukan
sekutu Kristen Eropa tersebut.[[12]]
Sultan Bayazid naik tahta tahun 1389 dan mendapat gelar
Yaldirin dan Yaldrum, yang berarti kilat karena terkenal dengan
serangan-serangannya yang cepat terhadap lawannya.Ia menaklukkan
wilayah-wilayah yang belum ditundukkan oleh para pendahulunya. Di masanya
terjadi perang besar antara pasukan Ustmani dengan ntentara sekutu Eropa.
Bayazid tidak gentar menghadapi pasukan sekutu di bawah anjuran Paus dan bahkan
menghancurkan pasukan salib.[[13]]
Ekspansi kerajaan Usmani sempta terhenti beberapa
lama.Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin
Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.Pertempuran hebat terjadi di Ankara
tahun 1402 M. Tentara Turki Ustmani mengalami kekalahan.Bayazid bersama
puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid
di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turrki Ustmani.Penguasa-penguasa Seljuq
di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani.Wilayah-wilayah
Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan.Dalam pada itu putera
Bayazid saling berebut kekuasaan.Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti
sediakala.[[14]]
2. Periode Kedua
Periode
ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai
ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultannya adalah:
a. Muhammad I
(Putera Bayazid I) 1403-1421
b. Murad II
(Putera Muhammad I) 1421-1451
c. Muhammad II
Fatih (Putera Murad II) 1451-1481
d. Bayazid II (Putera
Muhammad II) 1481-1512
e. Salim I (Putera
Bayazid II) 1512-1520
f. Sulaiman
I Qanuni (Putera Salim I) 1520-1566.[[15]]
Setelah Timur Lenk meninggal dunia
tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-peteranya
yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa
Turki Usmani untuk melepaskan diri.Namun pada saat ittu juga terjadi
perselisihan antara putera-putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman).Setelah
sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil
mengalahkan saudara-saudarnya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah
mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam
negeri.[[16]] Muhammad
baru diakui seluruh wilayah Ustman setelah berjuang kurang lebih sepuluh tahun.
Ia mempunyai strategi yang berbeda untuk menghadapi semua lawannya.ia membuat
perjanjian damai dengan raja-raja Eropa dan menaklukkan wilayah-wilayah yang
menentang satu demi satu. Akirnya wilayah Ustman dapat disatukan satu demi
satu. Integrasi wilayah ini tampaknya mengejutkan Eropa karena mereka sama
sekali tidak menduga bahwa Usman akan bangkit kembali karena sudah berantakan
akibat serangan Timur Lenk. Sultan meninggal tahun 1421 M dan digantikan oleh
putranya Murad II.
Sultan Muran II naik tahta ketika
beliau berumur muda sehingga tidak dihiraukan oleh raja-raja Eropa.Banyak
tantangan yang dia hadapi.Yang paling penting adalah bersatunya pasukan Eropa
di bawah komando negeri Honggaria dengan Huynade sebagai
pemimpinnya.Serangan-serangan terhadap dunia Islam membuahkan kemenangan, yang
memaksa Murad II untuk berdamai dengan mereka.Perdamaian dengan sumpah di bawah
kitab suci masing-masing agama itu Injil dan al-Qur’an dikhanati oleh pihak
Kristen.Mereka bernafsu menyerang kembali Ustman tanpa menghiraukan perjanjian
yang telah dibuat belum lama berselang.Sultan Murad yang semula mengundurkan
diri dari panggung politik bangkit keembali guna menghadapi penghinatan itu.
Akhirnya dengan semangat yang tinggi dan serangan yang dahsyat pasukan Huynade
dapat dilumpuhkan dan ia lari ke Eropa. Sultan Murad II meninggal setelah itu,
pada tahun 1451 M, dan digantikan oeh putranya, Muhammad II.[[17]]
Sultan Muhammad II naik tahta pada
tahun 1451 M dengan mewarisi kerajaan yang luas.Ia terkenal dengan nama
Al-Fatih, sang penakluk atau pembuka, karena pada masanya Konstantinopel
sebagai ibu kota Bizantium berabad-abad lamanya dapat ditundukkan. Hal itu
terjadi pada tahu 1453 M. Pasukan Ustmani memblokade kota berbenteng kat itu
dari segala penjuru yang akhirnya kota itu dapat ditaklukkan. Gereja Aya Sophia
yang terkenal itu diubah menjadi mesjid dan kebebasan beragama dijamin. Ibu
kota Usmani dipindahkan ke kota itu dari Edirne.[[18]]
Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah berusaha menaklukkan
Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu.
Dengan terbukannya kota Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat
keerajaan Bizanthium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Ustmani ke benua
Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Ustmani.
Karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini bahkan sampai ke
pintu gerbang kota Wina, Austria.[[19]]
Sultan Muhammad mengembangkan
wilayahnya lebih lanjut setelah penaklukan yang dinanti-nanti oleh umat
Islam.Sultan meninggal tahun 1481 dan diganti oleh putranya Bayazid II.
Berbeda
bengan ayahnya Bayazid II lebih memnetingkan kehidupan tasawuf daripada perang
di medan laga. Kelemahannyaa di bidang pemerintahan yang cenderung berdamai
dengan musuh mengakibatkan Sultan itu tidak begitu ditaati oleh rakyatnya,
termasuk putera-puteranya.Bahkan terjadi perselisihan yang panjang antara
mereka.Akhirnya Sultan Bayazid II mengundurkan diri dari pemerintahan tahun
1512 dan digantikan oleh puteranya Salim I.
Berbeda
dengan ayahnya Sultan Salim I memiliki kemampuan memerintah dan memimpin
peperangan.Maka pada saat pemerintahannya wilayah Ustman bertambah luas hingga
menembus Afrika Utara. Syria dapat ditaklukan dan Mesir yangg diperintah oleh
kam Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. Gelar khalifah yang disandang oleh
al-Mutawakkil ‘ala Allah, salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat daris
serangan bangsa Mongol 1235 M dan pada saat itu yang berada di bawah proteksi
Mamluk, diambil alih oleh Sultan. Dengan demikian sejak masa Sultan Salim para
sultaan Ustmani menyandang juga gelar khalifah.Walaupun sangat sebentar sekali
berkuasa Sultan Salim sangat berjasa membentangkan wilayahnya hingga mencapai
Afrika Utara, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya. Ia
meninggal tahun 1520 dan digantikan oleh anaknya Sulaiman I.[[20]]
Pada masa
Sultan Sulaiman I ini terjadilah zaman keemasan bagi kerajaan Turki Ustmani.
Wilayahnya mencapai kawasan yang luas, meliputi daratan Eropa hingga Austria,
Mesir dan Afrika Utara hingga Aljazair
dan Asia hingga ke Persia. Serta meliputi lautan Hindia, laut
Arabia, laut Merah, Lut Tengah dan Laut Hitam. Ia menyebut dirinya sebagai
Sultan dari segala Sultan, raja diraja,
pemberi anugrah mahkota bagi raja-raja dan bayang-bayang Allah di muka
bumi. Ia membuat dan memberlakukan Undang-undang di wilayahnya sehingga ia
disebut al-Qanuni, pembuat Undang-undang. Orang Barat menyebutnya sebagai Sulaiman
yang agung, The Magnificent. Ia wafat taahun 1566 dan digantikan oleh putranya
Salim II. Di masa anaknya inilah mulai tampak kemunduran kerajaan Ustmani
sedikit demi sedikit.
3. Periode
Ketiga
Periode ini ditandai dengan
kemampuan Ustmani untuk mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya Hungaria.
Namun kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran Turki Ustmani setelah
Sulaiman terdapat beberapa Sultan yang berkuasa berturut-turut sebagai berikut:
a. Salim II (Putera Sulaiman I) 1566-1573
b. Murad III (Putera Salim II) 1573-1596
c. Muhammad III (Putera Murad III) 1596-1603
d. Ahmad I (Putera Muhammad III) 1603-1617
e. Mustafa I (Putera Ahmad I) 1617-1618
f. Usman II (Putera Ahmad I) 1618-1622
g. Mustafa I (Yang kedua kalinya) 1622-1623
h. Murad IV (Putera Ahmad I) 1623-1640
i. Ibrahim I (Putera Ahmad I) 1640-1648
j. Muhammad IV (Putera Ibrahim
I) 1648-1687
k. Sulaiman III (Putera Ibrahim I) 1687-1691
l. Ahmad II (Putera Ibrahim I) 1691-1695
m. Mustafa II (Putera Muhammad IV) 1695-1703.[[21]]
Pada akhir kerajaan Sulaiman I
kerajaan Ustmani berada di tengah-tengah dua kekuatan Monarki Austria di Eropa
dan keerajaan Shafawi di Asia.Selama periode ini Usmani mencapai kemenangan
dibeberapa negara di Eropa.Di Asia sistem Feodal memungkinkan munculnya
penguasa-penguasa lokal yang diberi gelar pasya.Mereka ditemukan diperbatasa
Persia dan Kurdistan, dan juga di Syria.Melemahnya kerajaan Usmani pada awal
periode ini sebagian besar disebabkan oleh alasan domestik.Selama abad ke-16
sudah tampak bahwa Usmani hanya bisa bertahan dengan perang yang terus menerus,
sekarang keadaan itu harus disesuaikan dengan kondisi aman.Pengganti Sulaiman
tidak sesuai dengan tuntutan kondisi itu. Sultan Muhammad II, Usman II, dan
Muhammad IV sering menyertai pasukan dalam ekspedisi, tetapi Murad IV adalah
Sultan terakhir yang mempertahankan tradisi ghazi. Jadi para sultan selanjutnya
kurang terlibat langsung dalam administrasi negara sekalipun mereka tetap
dikelilingi oleh tradisi kebesaran.
Namun ini tidak menyelamatkan
pembunuhan Ustman II pada tahun 1628 dan pemakzulan Ibrahim pada tahun 1648 dan
Muhammad IV pada tahun 1688. Bahkan para penguasa dan jendral memainkan peran
lebih penting dalam pemerintahan, seperti Mehmed Saqoli Pasya di bawah Salim
II, Sinan Pasya di bawah Muhammad II, Murad Pasya dan Khalil Pasya di bawah
Ahmad I dan Ustman II. Di samping itu beberapa kelompok lain bersaing dalam
mengatur negara, seperti korps Janissari, Sipahi, lingkaran istana dan ulama’
dengan instuisinya syaikh al-islam.Murad IV adalah satu-satunya sultan yang
sanggup menekan pengaruh kelompok-kelompok itu.Ia bahkan berhasil meningkatkan
kekuatan militer baru, Segban, berasama-sama Janissari. Sekalipun terdapat
gejolak keagamaan dari sebagian masyarakat melawan orang-oarangg kristen, para
negarawan itu menunjukkan sikap yang sangat toleran.
Ada pemberontakan agama yang
dilakukan oleh masyarakat kelas bawah di Asia Kecil, dan ini menunjukkan bahwa
tradisi keagamaan lama abad ke-13 dan ke-14 tidak seluruhnya lenyap. Pada tahun
1599 muncul gerakan Qara Yaziji dan Urfa, pada tahun 1606 pemberontakan
Qalender Oghlu di Sharukhan, yang sempat beberapa tahun menguasai wilayah yang
luas di Anatolia Barat, sampai dihancurkan oleh Murad Pasya; pada tahun
1623-1628 terjadi pemberontakan Abaza yang melawan Janissari. Di Anatolia timur
ada gerakan pemisahan diri di bawah seorang Kurdi bernama Janbulat di Syiria
Utara.[[22]]
4. Periode Keempat
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah di tangan para penguasa wilayah. Sultan-sultannya
adalah sebagai berikut:
a. Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730
b. Mahmud I (Putera Mustafa II) 1730-1754
c. Usman III (Putera Mustafa II) 1754-1757
d. Mustafa III (Putera Ahmad III) 1757-1774
e. Abdul Hamid (Putera Ahmad III) 1774-1788
f. Salim III (Putera Mustafa III) 1789-1807
g. Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I) 1807-1808
h. Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II) 1808-1839. [[23]]
Selama abad ke-18 tanda-tanda
kemunduran kerajaan Turki semakin tampak.Sebab-seba kemunduran itu terdapat
dalam kondisi politik.Dampak masa transisi dari penaklukan ke masa damai
dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan asing, seperti Austria dan Rusia. Sistem
administari tetap sama selama periode ini. Dalam hampir semua bidang otoritas
pemerintah pusat kehilangan pengaruhnya.Pada awal abad ke-18 hal ini belum
begitu tampak. Konstantinopel masih merupakan ibukota yang cemerlang di mana
istana Ahmad III memberikan contoh sebuah kehidupan yang mewah .pada periode
ini pula terjadi perkembangan literatur yang pesat diluar lingkaran ulama’.
Kelas baru sastrawan muncul yang menjadi cikal bakal lahirnya kelas menengah
intelektual yang bermula pada awal abad ke-19.Demikian juga lahir
pelukis-pelukis baru sejak tahun 1727.Kelas baru dari fungsionaris ini adalah
budak-budak sultan. Hanya di bawah Muhammad II posisi mereka diatur dengan cara
yang lebih liberal.dalam situasi pemerintahan itu Janissari dan Sipahi yang
disisplin mereka sekarang mengedor beberapa kali memberontak. Pemberontaka
Janissari yang dipimpin oleh Patrona Khalil pada tahun 1730 yang menyebabkan
hilangnya tahta Ahmad III, tampaknya lebih ditujkan untuk melawan aristokrasi
baru itu.
Setelah Ahmad III kehidupan di
istana menjadi lebih tenang. Kelas penguasa dan para sultan mulai menyadari
kelemahan kerajaan dan berusaha mengatasinya dengan cara memperkenalkan
pembaharuan militer. Salim III melaksanakan pembaharuan militer, tetapi sangat
sedikit yang mendukungnya.Intitisi pasukan baru yang menyebabkan pemberonrakan
Janissari yang didukung oleh para ulama’.Mahmud II akhirnya mempertimangkan
reformasi yang lebih terencana.Ia akhirnya mengambil kesimpulan bahwa tidak ada
jalan lain dalam melaksanakan pembaharuan selain melakukan pembunuhan massal
terhadap Janissari, tindakan itu benar-baenar terjadi di Konstantinopel pada 16
Juni 1826.[[24]]
Pada saat yang sama tarekat
Bektassyyiyah ditindas. Lemahnya kerajaan pusat telah menjadi karakterr
kerajaan Usmani pada abad ke-18. Aljazair, Tunisia, dan Tripoli diperintah oleh
para Bey secara turun-temurun. Mesir diambil alih oleh Ali Bey.Di Anattholia
pada tahun 1739 ada pemberontakan yang berbahaya dari Syari Beg Oghlu.Di
Mesopotamia dan Iraq kondisinya juga demikian.Di syiria kaum Druze memiliki
amirnya sendiri dan daerah pantai dikuasai oleh Jazzar Pasya dari Akka.
5. Periode Kelima
Periode ini ditandai dengan
kebangkitan kultural dan administratif dari negara di bawah pengaruh ide-ide
barat. Sultan-sultanya adalah:
a. Abdul Majid I (Putera Mahmuud II) 1839-1861
b. Abdul Aziz (Putera Mahmud II) 1861-1876
c. Murad V (Putera Abd. Majid I) 1876-1876
d. Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I) 1876-1909
e. Muhammad V (Putera Abd. Majid I) 1909-1918
f. Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-1922
g. Abdul Majid II (1922-1924), hanya
bergelar khalifah, tanpa sultan yang akhirnya diturunkan pula dari jabatan
khalifah. Turki Usmtani di hapus oleh Kemal Attaturk dan Turki menjadi negara
nasiona Republik Turki.[[25]]
Pada periode ini muncul gerakan pembaharuan
yang kurang lebih merupak aplikasi dari Tanzimat.Namun demikian tantangan Barat
terus berlanjut sehingga secara bertahap wilayah Usmani semakin berkurang.Pada
tahun 1865 Turki kehilangan Serbia, dan dua kerajaan kecil di Danube.Pada tahun
1878 Serbia, Montonegro dan Rumania lepas dari Usmani, sedang Bulgaria menjadi
semiindependen.Di kawasa Caucasia Turki kehilangan Qars dan Batum.Inggris
mencaplok Cyprus dan Mesir.Burgaria merdeka dan Bosnia dan Herzegovina diambil
oleh Austria.Kemudian Tripoli jatuh ketangan Italia.
Selama abad ke-19 hubungan Turki
dengan Persia berjalan baik.Namun, karena keterlibatan Turki dalam perang Dunia
menyebabkan kehilangan beberapa wilayah di Asia.Konstantinopel sendiri diduduki
oleh pasukan sekutu. Kemunduran politik ini pada akhirnya mengentarkan turunnya
sultan Muhammad VI pada tahun 1922 dan kemudian hilangnya kerajaan Usmani.[[26]]
D.
Peradaban Islam di
Turki
Sejak masa Usman bin Ertaghrol yang
dianggap pembina pertama kerajaan Turki Usmani ini dengan nama imperium Ottoman
timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama Islam. Turki membawa pengaruh
cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa.
1. Bidang Pemerintahan
dan Militer
Para
pemimpin kerajaan Ustmani pada masa-masa pertama adalah
orang-orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat
dan luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Ustmani hingga mencapai masa
keemasannya itu bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya.
Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan tersebut.[[27]]
Untuk
pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan
teratur ketika terjadi kontak senjat dengan Eropa.Ketika itu pasukan tempur
yang besar sudah terorganisasi.Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi
tempur Ustmani berlangsung tanpa halangan berarti.Namun tidak lama setelah
kemenangan tercapai, kekuatan mliter yang besar ini dilanda
kekisruhan.Kesadaran perajuritnya menurun.Mereka merasa dirinya sebagai
pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji.Akan tetapi keadaan tersebut segera
dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan megadakan perombakan besar-besaran dalam
tubuh militer.
Perbaharuan
dalam tubuh orginisasi militer oleh Orkhan tidak hanya dalam bentuk mutassi
personil-personil pemimpin, tetapi juga diadakan perombakan dalam
keanggotaan.Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota dan dibimbing
dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.Program ini ternyata berhasil
dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari dan
Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Ustmani menjadi mesin
perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negara-negara non-muslim.[[28]]
Di
samping Jenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim
kepada pemerintah pusat.Pasukan ini disebut tentara atau militer Thaujjah.
Angkatan lautpun dibenahi, karena ia memiliki peranan yang besar dalam
perjalanan ekspansi Turki Ustmani. Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Ustmani
mencapai puncak kejayaannya.Kekuatan militer Turki Ustmani yang tangguh itu
dengan cepat dapat menguasai wilayah yang sangat luas, baik di Asia, Afrika,
maupun Eropa.
Keberhasilan
ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintah yang
teratur.Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Ustmani
senantiasa bertindak tegas.Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa
tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-A’zham (perdana mentri) yang membawahi Pasya
(gubernur).Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa
orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati).Untuk mengatur urusan pemerintahan
negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitan undang-undang (qanun).
Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi
kerajaan Turki Ustmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa
Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namannya ditambah gelar
Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan
ini membawa Dinasti Turki Usmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani pada
masa kejayaannya.[[29]]
2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradaban
Turki Usmani merupaka perpaduan bermacam-macam peradaban, diantaranya adalah
peradaban Persia, mereka banyak mengambil pelajaran-pelajaran tentang etika dan
tata krama dalam istana raja-raja.Organisasi pemerintahan dan kemilitera banyak
mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang perinsip-perinsip
ekonomi, sosial kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima dari orang-orang
Turki Ustmani yang terkenal sbagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi
dengan bangsa asing utnuk menerima kebudayaan luar.[[30]]
Sebagai
bangsa yang berdarah militer, Turki Ustmani lebih banyak memfokuskan kegiatan
mereka dalam bidang kkemiliteran sementara dalam bidang ilmu pengetahuan,
mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah
intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.[[31]]
3. Bidang kebudayaan
Dinasti Ustmani
di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang cukup maju.Pada
zaman kemajuannya.Dalam bidang kebudayaan Turki Ustmani banyak muncul
tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17, dan 18. Antara
lain abad ke-17, muncul penyair yanitu Nafi’ (1582-1636 M). Nafi’ bekerja untuk
Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang mendapat tempat
di hati para Sultan.
Di antara penulis yang membawa pengaruh Persia
ke dalam istana Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1721 M), ia muncul sebagai juru
tulis bagi Musahif Mstafa, salah seorang menteri Persia dan ilmu-ilmu agama.
Dalam bidang sastra prosa Kerajaan Ustmani melahirkan dua tokoh terkemuka yaitu
Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari smeua penulis adalah Mustafa
bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi dan Haji Halife (1609-1657 M).
Ia menulis buku bergambar dalam karya terbesarnya Kasyf Az-Zunun fi Asmai
Al-Kutub wa Al-Funun. Selain itu terdapat salah seorang penyair yang paling
terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang dikenal dengan Galip Dede atau Syah
Galip (1757-1799 M).adapun di bidang seni arsitektur Islam pengaruh Turki
sangat dominan, misalnya bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti mesjid
Al-Muhammadi atau Majid Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sultan Sulaiman,
dan masjid Aya Sophia yang berasal dari sebuah gereja.[[32]]
Pada masa
Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun mesjid,
sekolah, rumah sakit, gedung maka, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian
umum. Disebutkan bahwa 235 buah bangunan di bawah koordinator Sinan, seorang
arsitek asal Anatolia.[[33]]
4. Bidang Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
dan politk.Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan
sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang
berlaku.Karena itu ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam
kerajaan dan masyarakat.Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi,
berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi
masyarakat.Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Pada masa
Turki Ustmani tarekat juga mengalami kemajuan.Tarekat yang
paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai
pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka
sering disebut tentara Bektasyi. Sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan
dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.[[34]]
Kajian
mengenai ilmu keagamaan Islam, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh
dikatakan tiak mengalami perkembangan yang berarti.Para penguasa lebih
cenderung untuk menegakkan satu faham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab
lainnya.Sultan Abdul Hamid misalnya, begitu fanatik terhadap aliran
Al-Asy’ariyah.Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan
aliran lain. Sultan memerintah kepada Syaikh Husein Al-Jisr Ath-Tharablusi
menulis kitab Al-Hunus Al-Hamidiyah, yang mengupas tentang masalah ilmu kalam,
untuk melestarikan lairan yang dianutnya. Akibat kelesuan di bidang ilmu agama
dan fanatik yang berlebihan maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis
buku dalam bentuk syarah dan hasyiyah terhadap karya-karya klasik.[[35]]
Bagaimanapun
kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah
kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya
lebih banyak ditujuka ke Eropa Timur yang belum masuk ke dalam wilayah
kekuasaan dan agama islam. Akan tetapi karena dalam bidang peradaban dan
kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik pekembangannya jauh di
bawah kemajuan politik, maka bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukan
itu, akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga masyarakatnya
tidak banyak yang memeluk agama Islam.[[36]]
E.
Kemunduran Turki Ustmani
Setelah Sultan Al-Qanuni wafat (1566
M), kerajaan Turki Usmani memulai memasuki fase kemunduran.Akan tetapi, sebagai
sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung
terlihat.Sultan Suliaman Al-Qanuni digan ti oleh Sultan Salim II. Di masa
pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan
armada laut kristen yang terdiri dari angkatan lau Spanyol, Bundukia, Sri Paus
dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpn oleh Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran
ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmani
mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut musuh. Baru pada
masa sultan berikutnya Sultan Murad III, Tunisia dapat direbut kembali.[[37]]
Pada masa Sultan Murad III (1574-1595) Kerajaan Usmani pernah berhasil menyerbu
Kaukasia dan menguasai Tiflis di laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tibris,
ibu kota kerajaan Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri
Polandia dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Namun karena
kehidupan moral Sultan yang kurang baik menyebabkan timbulnya kekacauan dalam
negeri. Apalagi ketika pemerintahan dipegang oleh para sultan yang lemah
seperti Sultan Muhammad III, dalam siatuasi yang kurang baik itu, Austria
berhasil memukul kerajaan Ustmani.Sesudah Sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi
semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I. Karena gejolak politik dalam negeri
tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa agar ia turun dari
tahta dan diganti oleh Usman II.
Pengganti
Sultan Mustafa III adalah Sultan Abdul Hamid seorang Sultan yang lemah. Pada
masa Sultan Hamid mengadakan perjanjian dengan Catherine II dari Rusia yang
diberi nama perjanjian Kinarja, isinya yaitu kerajaan Ustmani harus menyerahkan
benteng-benteng yang berada di laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada
armada Rusia untuk melintas selat yang menghubungkan Laut Hitam dan laut puith,
dan kerajaan Ustmani mengakui kemerdekaan Kirman.[[38]]
Demikianlah proses kemunduran yang
terjadi di kerajaan Ustmani selama dua abad lebih setelah ditinggal Sultan
Sulaiman al-Qanuni. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai abad ke 19 M. Oleh
karena itu satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan
ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri Eropa yang memang sedang
mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan kerajaan Ustmani, tetapi
juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.[[39]]
Banyak faktor yang menyebabkan
kerajaan Usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya adalah:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas,
administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat
rumit dan kompleks, sementara administari pemerintahan kerajaan Ustmani tidak
beres. Di pihak lain para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang
sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai
bangsa, hal ni tentu menyedot potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk
membangun Negara.
2. Heterogenitas penduduk, sebagai
kerajaan besar, Turki Ustmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup Asia
Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia. Mesir, Libia, Tunis, dan
Aljazair di Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan
Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam,
baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat.Untuk mengatur penduduk
yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi
pemerintahan yang teratur.
3. Kelemahan para penguasa, sepeninggalan
Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah
baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan
menjadi kacau.Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan
semakin lama menjadi semakin perah.
4. Budaya Pungli (korupsi), pungli merupakan perbuatan yang sudah umum
terjadi dalam kerajaan Ustmani, setiap jabata yang hendak diraih oleh seseorang
harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan
tersebut. Berjangkitnya budaya Pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian
merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenissari,
kemajuan ekspansi kerajaan Ustmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara
Jenissari, dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini
memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali.
6. Merosotnya ekonomi, akibat perang yang
tak pernah berhenti pereekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang
sementara belanja negara sangat besar untuk biaya perang.
7. Terjadinya Stagnasi dalam lapanagan
Ilmu dan Teknologi, kerajaan Ustmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu
dan teknologi, karena hanya mengutamakan penegmbangan kekuatan militer.
Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi
menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa
yang lebih maju.[[40]]Pada
periode selanjutnya di masa modern, kelemahan kerajaan Ustmani ini menyebabkan
kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim
yang dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Ustmani, terutama di Timur
Tengah dan Afrika Utara.[[41]]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada penyusunan
makalah ini yaitu:
1. Dinasti Ustmani
di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 abad
lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar, kerajaan Ustmani didirikan
oleh Usman I Putra Ertohul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula
mendiami daerah Mongol dan daerah utara China
2. Dalam sekian
lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang dari tiga puluh delapan
sultan, sejarah kekuasaan mereka di bagi menjadi lima periode.
3. Dinasti Turki mengalami kemajuan dalam
berbagai bidang, terutama dalam bidang ekspansi atau perluasan agama islam,
dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, dalam segi budaya, sastra dan
arsitek bangunan, dalam bidang keagamaan, sedangakan dalam bidang ilmu
pengetahuan tidak mengalami kemajuan yang berarti
4. Turki Ustmani mengalami masa kemunduran
yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu wilayah kekuasaan yang sangat luas,
heterogenitas penduduk, sepeninggalan Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Ustmani
diperintah oleh sultan-sultan yang lemah baik dalam kepribadian terutama dalam
kepemimpinannya., maraknya budaya pungli (korupsi), pemberontakan tentara jenissari, merosotnya
ekonomi, dan terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Amzah.
·
Mughni,
Syafiq A.. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos.
·
Yatim, Badri. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[1] . Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 193.
[2].
Ibid., h. 194
[3] . Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1,
(Jakarta: Logos, 1997), h. 51.
[4] . Ibid., h. 52
[5] . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 130.
[6]
. Syafiq A. Mughni, Op . Cit., h. 52.
[7] . Badri Yatim, Op. Cit., h. 130.
[8] . Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1,
(Jakarta: Logos, 1997), h. 53.
[9] . Ibid., h. 53.
[10] . Ibid., h. 54.
[11] . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 131.
[12] . Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 196.
[13] . Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam, cet. 1,
(Jakarta: Logos, 1997), h. 55.
[14] . Badri Yatim, Loc. Cit., h.
131.
[15]
. Syafiq A. Mughni, op. Cit., h. 58.
[16] . Badri Yatim, Loc. Cit., h.
132.
[17]. Syafiq A. Mughni, Loc. Cit., h. 58-59.
[18]
. Ibid., h. 59.
[19]
. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban
Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 196.
[20]
. Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan
Islam, cet. 1, (Jakarta: Logos, 1997), h. 59.
[21] . Ibid., h. 60.
[22] . Ibid., h. 62
[23] . Ibid., h. 63.
[24] . Ibid., h. 64-65
[25] . Ibid., h. 66.
[26] . Ibid., h.67.
[27] .Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 200.
[28] . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 134.
[29] .Samsul Munir Amin, Op. Cit.,h. 201.
[30]. Ibid., h. 202.
[31] . Badri Yatim, op. Cit., h. 136.
[32] . Samsul Munir Amin, Op. Cit.,h.
202.
[33] . Badri Yatim, Op. Cit., h. 136.
[34] . Ibid., h. 136.
[35] . Samsul Munir Amin, Op. Cit.,
h. 204.
[36] . Badri Yatim, Op. Cit., h.
137-138.
[37] . Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, cet.2, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 205.
[38] . Ibid., h. 206.
[39] . Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. 12,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 166.
[40] . Ibid., h. 167.
[41] . Samsul Munir Amin, op.cit., h.
209.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar