Berikut beberapa kitab sejarah yang harus di waspadai:
2. Al-‘Iqdul Fariid karya Ibnu ‘Abdi Rabbih. Kitab sastra ini banyak memuat nukilan-nukilan palsu.
3. Al-Imaamah was Siyaasah yang dinisbatkan kepada Ibnu Qutaibah rahimahullah, tetapi penisbatan ini adalah dusta belaka.
4. Muruujudz Dzahab atau Taariikh al-Mas’udi karya al-Mas`udi. Kisah-kisah yang dituturkan di dalam kitab ini tidak bersanad. Ibnu Taimiyah rahimahullah bahkan mengomentarinya: “Dalam Taariikh al-Mas’udi terdapat banyak kebohongan, saking banyaknya, sampai-sampai tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Bagaimana mungkin riwayat dengan sanad terputus dalam sebuah kitab yang terkenal banyak dustanya itu bisa dipercaya.[21] Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga berkomentar: “Kitab-kitabnya menunjukkan bahwa dia (al-Mas`udi) berpaham Syi`ah dan Mu’tazilah.” [22]
5. Syarh Nahjil Balaaghah karya ‘Abdul Hamid bin Abul Hadid, seorang Mu’tazilah yang dinilai dha`if oleh para ulama al-Jarh wat Ta’dil. Orang yang mengetahui alasan penyusunan kitab ini pasti akan meragukan diri dan karyanya. Kitabnya ini disusun demi al-Wazir bin al-`Alqami, seseorang yang menjadi penyebab utama terbunuhnya jutaan Muslim Baghdad di tangan bangsa Tartar. Al-Khawanisari menegaskan: “Dia (Ibnu Abul Hadid) menyusunnya untuk memenuhi lemari (perpustakaan pribadi) al-Wazir Muayyidduddin Muhammad bin al-‘Alqami.”[23]
Bahkan, banyak ulama Syi`ah yang mencela penulis dan karyanya ini. Al-Mirza Habibullah al-Khu-i mengomentari sosok Ibnu Abul Hadid: “Orang ini tidak termasuk ahli dirayah (ahli fiqih) maupun ahli atsar (ahli hadits). Pendapatnya kacau dan pandangannya bobrok. Keberadaannya justru memperkeruh kegaduhan; dia telah menyesatkan banyak orang, dan dia sendiri tersesat dari jalan yang lurus.” Adapun mengenai karyanya, al-Mirza berkomentar: “Tulisannya seperti jasad tanpa roh. Bahasannya berputar-putar pada kulit dan tidak menyentuh isi, sehingga tidak banyak berfaedah. Kitab ini juga. mengandung takwil-takwil yang jauh (dari kebenaran); tabiat orang lari menghindarinya, pendengaran pun mengingkarinya. [24]
6. Taariikh al-Ya’qubi. Kitab ini dipenuhi riwayat-riwayat mursal, tidak ada sanadnya yang bersambung secara utuh. Penulisnya sendiri adalah seorang yang tertuduh sebagai pembohong.
Foot Note:
[21] Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah (IV/84)
[22] Lisaanul Mizan (V/532), terbitan Maktab al-Mathbuu’aat al-Islaamiyyah.
[23] Raudhaatul Jannaat karya al-Khawanisari (V/20,21)
[24] Lihat Minhajul Baraa’ah Syarh Nahjil Balaghah karya al-Mirza Habibullah al-Khu-I (I/14), terbitan Daar Ihya’ at-Turaats al-‘Arabi, Beirut.
Sumber: Buku “Inilah Fakta”, Dr. ‘Utsman bin Muhammad al-Khamis, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, Hal.18-19
Artikel: www.kisahislam.net
Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah IslamSilahkan di Share, Copas, Dan Lain-Lain, Dengan Tetap Mencantumkan Sumbernya.
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim no. 2674).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar