Selasa, 01 Maret 2016

Syarah Hadits Arba’in Nawawiyyah, Hadits ke-2

Hadits no. 2
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian ia berkata, ‘Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam. ‘ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.’ Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Umar berkata, ‘Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.’ Dia bertanya lagi, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang iman. ‘ Beliau menjawab: “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.” Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Dia bertanya lagi, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan. ‘ Beliau menjawab: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Dia bertanya lagi, ‘Kapankah hari akhir itu? ‘ Beliau menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.” Dia bertanya, ‘Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ‘ Beliau menjawab: “Apabila seorang budak melahirkan tuannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.” Kemudian orang itu pun pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?” Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda: “Itulah Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian’.”
[Diriwayatkan Muslim no. 8; Kitab Iman, Bab Penjelasan Islam, Iman dan Ihsan]
Syarah Hadits :
Islam
Interpretasi dalam sub bahasan ini adalah amalan-amalan lahiriah. Dimulai dari urutan pertama adalah bersyahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Ta’ala dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, ini adalah ikrar dengan lisan. Dilanjutkan dengan mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah Makkah jika mendapatkan jalan dan kemudahan kepadanya. Inilah jalan syari’at yang lurus yang telah Allah Ta’ala perintahkan melalui lisan NabiNya yang mulia dimana tidak ada kebengkokan di dalamnya.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ الْكِلَابِيِّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ ضَرَبَ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا عَلَى كَنَفَيْ الصِّرَاطِ زُورَانِ لَهُمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ عَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ وَدَاعٍ يَدْعُو عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ وَدَاعٍ يَدْعُو فَوْقَهُ
{ وَاللَّهُ يَدْعُوا إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ }
وَالْأَبْوَابُ الَّتِي عَلَى كَنَفَيْ الصِّرَاطِ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا يَقَعُ أَحَدٌ فِي حُدُودِ اللَّهِ حَتَّى يُكْشَفَ السِّتْرُ وَالَّذِي يَدْعُو مِنْ فَوْقِهِ وَاعِظُ رَبِّهِ
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr As-Sa’di, telah menceritakan kepada kami Baqiyah bin Al-Walid, dari Bahr bin Sa’d, dari Khalid bin Ma’dan, dari Jubair bin Nufair dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi, ia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah membuat perumpamaan jalan yang lurus, di atas dua tepi jalan ada dua tembok, pada keduanya ada beberapa pintu terbuka, pintu-pintu itu bertirai dan disetiap penghujung jalan ada penyeru yang meyeru manusia dan penyeru yang menyeru di atasnya. Dan Allah menyeru menuju negeri keselamatan, memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki menuju jalan yang lurus. (QS Yunus; 25) Pintu-pintu yang ada di sisi jalan adalah batasan-batasan Allah, karenanya janganlah ada seorang pun yang jatuh di batasan-batasan Allah hingga tirai terbuka, sementara yang menyeru dari atasnya adalah penyeru Rabbnya.” [HR Tirmidzi no. 2859, Tirmidzi berkata hasan gharib; Diriwayatkan juga oleh Ahmad 4/182, 183; dishahihkan oleh Al-Hakim 1/73 dan disetujui Adz-Dzahabi]
Iman
Iman adalah keyakinan-keyakinan bathiniah. Dalam sabda beliau Shallallahu alaihi wasallam diatas disebutkan urutan-urutannya. Yang paling utama adalah beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-malaikat Allah, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada para Rasul Allah, beriman kepada hari akhir dan terakhir adalah kepada takdir baik dan buruk. Allah Ta’ala berfirman :
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ
Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya” [QS Al-Baqarah : 285]
Iman tidak bisa terpisahkan dari amalan-amalan lahiriah sebagai wujud keimanan kita. Allah Ta’ala menggabungkan prinsip-prinsip iman dengan amalan lahiriah :
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [QS Al-Baqarah : 177]
Iman kepada Allah mengharuskan kita untuk meyakini bahwa Allah itu ada (wujud), Dia tunggal (ahad), Maha Memenuhi segala kebutuhan makhlukNya tanpa pernah merasa kerepotan, tak ada sesuatupun yang serupa denganNya, bertindak sesuai kehendakNya tetapi tidak pernah menzhalimi makhlukNya, Maha Pencipta alam semesta beserta seluruh isinya, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan bersih dari segala sifat kekurangan.
Iman kepada Malaikat adalah beriman kepada malaikat-malaikat yang telah Allah Ta’ala ciptakan bahwa mereka itu adalah hamba-hambaNya yang mulia, yang tidak pernah melanggar perintahNya dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkanNya.
Iman kepada kitab-kitab Allah adalah beriman kepada kitab-kitab yang telah Allah Ta’ala turunkan kepada para RasulNya, dan bahwa kitab-kitab tersebut berisi petunjuk keselamatan untuk manusia juga sebagai tanda kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Memberi Petunjuk.
Iman kepada Rasul-rasul Allah menghendaki beriman kepada seluruh apa yang mereka bawa dan jelaskan dalam risalahnya, bahwa mereka adalah para utusan Allah yang jujur, amanat, mereka menjelaskan kepada umatnya apa-apa yang telah dibebankan Allah serta kita wajib memuliakan mereka dengan tanpa membanding-bandingkan mereka satu dengan yang lain.
Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa hari akhir atau hari kiamat suatu hari pasti akan terjadi. Hal ini juga termasuk mengimani akan adanya kehidupan setelah kematian yang kehidupan itu sifatnya abadi, yaumul Mahsyar, yaumul Hisab, Al-Mizan (timbangan), Ash-Shirath (jembatan yang mana semua manusia akan melintasinya), serta meyakini adanya surga dan neraka.
Iman kepada takdir baik dan buruk. Dalam hal beriman kepada takdir ini ada dua tingkatan. Pertama beriman bahwa Allah Ta’ala mengetahui apa saja yang akan dikerjakan hamba-hambaNya; kebaikan, keta’atan dan maksiat, jauh sebelum Allah Ta’ala menciptakan mereka, Allah telah mengetahui mana dari makhlukNya yang akan menjadi penghuni surga atau neraka, Allah telah menulis itu semua di dalam Lauhul Mahfuzh. Kedua, bahwa Allah Ta’ala menciptakan seluruh amal dan perbuatan manusia baik berupa keta’atan, kekafiran dan kemaksiatan dan menghendakinya untuk mereka. Tingkatan pertama diakui sebagian dari golongan Qadariyah dan ditolak oleh golongan ekstrim dari mereka seperti Ma’bad Al-Juhani. Tingkatan kedua ditolak oleh seluruh Qadariyah. Ahlussunnah mengimani kedua tingkatan tersebut. Allah Ta’ala berfirman :
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. [QS Ash-Shaffat : 96]
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ وَابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ قَيْسِ بْنِ الْحَجَّاجِ قَالَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي قَيْسُ بْنُ الْحَجَّاجِ الْمَعْنَى وَاحِدٌ عَنْ حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Musa, telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Al-Mubarak, telah mengkhabarkan kepada kami Laits bin Sa’ad dan Ibnu Lahi’ah dari Qais bin Al-Hajjaj berkata, dan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman, telah mengkhabarkan kepada kami Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’ad, telah menceritakan kepadaku Qais bin Al-Hajjaj -artinya sama-, dari Hanasy Ash-Shan’ani, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam pada suatu hari, beliau bersabda: “Hai anak kecil, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR Tirmidzi no. 2440; Tirmidzi berkata hasan shahih. Diriwayatkan pula oleh Ahmad no. 2537, 2627, 2666]
Ihsan
Disebutkan dalam sabda beliau diatas, “kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Maknanya adalah kekhusyu’an atau dengan kata lain bahwa seorang hamba menyembah Allah dalam keadaan seperti itu berarti merasakan kedekatan Allah dan bahwa seolah-olah ia berada di depan Allah dan melihatNya. Hal ini menghasilkan rasa khusyu’, takut, segan dan pengagungan kepadaNya. Ia juga akan menghasilkan ketulusan dalam beribadah dan berusaha keras untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Ihsan juga terkait dengan bertaqwa kepada Allah dan berbuat kebaikan kepada sesama manusia. Hal ini ditegaskan Allah Ta’ala dalam firmanNya :
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS Al-Baqarah : 112]
dan firmanNya :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. [QS An-Nahl : 128].
Tingkatan ihsan seperti yang disyari’atkan dalam hadits Umar diatas terbagi menjadi 2 :
1. Ikhlas, yaitu seorang hamba beramal dengan menyadari dilihat Allah, dipantau olehNya dan Dia dekat dengannya. Jika seorang hamba menghadirkan ini dalam amalnya, maka ia orang yang ikhlas
2. Musyahadah, yaitu seorang hamba beramal dalam keadaan seperti menyaksikan Allah dengan hatinya, maksudnya hatinya bersinar dengan iman dan mata hatinya menembus ke dalam ma’rifat hingga seolah-olah sesuatu yang ghaib menjadi terlihat. Allahu a’lam.
Hari Kiamat
Pengetahuan mengenai hari kiamat adalah ghaib, hanya Allah Ta’ala saja yang mengetahui waktu terjadinya, dan tidak diberitahukan kepada makhluk-makhlukNya. Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [QS Luqman : 34]
دَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ لَا يَعْلَمُ مَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ وَلَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا اللَّهُ
Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal, telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Kunci-kunci ghaib ada lima, tidak mengetahuinya selain Allah, (yaitu) tidak ada yang mengetahui keadaan kandungan (rahim) selain Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok hari selain Allah, tidak ada yang mengetahui kapan hujan datang selain Allah, tidak ada siapapun manusia yang tahu di bumi mana berada akan meninggal selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi selain Allah.” [HR Bukhari no. 6831; Diriwayatkan juga oleh Ahmad no. 4536, 4887, 4975. Dishahihkan Ibnu Hibban dalam shahihnya no. 70, 71].
Disebutkan oleh Rasulullah sekian tanda-tandanya, yaitu budak wanita yang melahirkan tuannya, maksudnya adalah banyaknya penaklukkan yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap sejumlah negeri, ini akan membuat tawanan perang semakin banyak dan banyak pula perolehan budak-budak wanita sehingga mereka akan melahirkan banyak anak dan anak-anak tersebut berstatus sama dengan pemilik budak yang mana diantara anak-anak tersebut boleh jadi akan menjadi raja dan memimpin kaum muslimin. Hal ini bisa dilihat pada kitab Tarikh Khulafa’ karya Imam As-Suyuthi.
Sabda beliau, “dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.” Menurut Al-Hafizh Ibnu Rajab, orang yang tidak beralas kaki dan telanjang diibaratkan orang-orang yang bodoh, padanya tidak ada ilmu pengetahuan dan ketidakpahaman mereka akan agama. Dalilnya adalah hadits berikut :
حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ وَأَبُو الْمُنْذِرِ إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُمَرَ قَالَا ثَنَا كَامِلٌ قَالَ ثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى تَصِيرَ لِلُكَعٍ قَالَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُمَرَ حَتَّى تَصِيرَ لِلُكَعِ ابْنِ لُكَعٍ
Telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin ‘Amir dan Abu Al-Mundzir Isma’il bin Umar, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Kamil, telah menceritakan kepada kami Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dunia tidak akan hancur (kiamat) sehingga orang-orangnya menjadi bodoh.” Ismail bin Umar berkata: “Sehingga dunia menjadi luka’ bin luka’. [HR Ahmad no. 5/389]. Ibnul Atsir berkata, “luka'” dalam bahasa Arab artinya “budak” kemudian sering digunakan untuk menggambarkan orang bodoh dan tercela. Untuk orang laki-laki disebut luka’, dan untuk wanita disebut laka’. Kata ini adalah panggilan untuk orang hina yang bodoh, kecil ilmu dan akalnya. [An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits 4/268].
Sabda beliau, meninggikan bangunan maknanya adalah sikap membanggakan diri dan sombong terutama dalam hal mendirikan bangunan. Perhatikan riwayat berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ يَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ الَّذِي يَعْرِضُهُ عَلَيْهِ لَا أَرَبَ لِي بِهِ وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ يَعْنِي آمَنُوا أَجْمَعُونَ فَذَلِكَ حِينَ
{ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا }
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلَانِ ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا فَلَا يَتَبَايَعَانِهِ وَلَا يَطْوِيَانِهِ وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لِقْحَتِهِ فَلَا يَطْعَمُهُ وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَهُوَ يُلِيطُ حَوْضَهُ فَلَا يَسْقِي فِيهِ وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ رَفَعَ أُكْلَتَهُ إِلَى فِيهِ فَلَا يَطْعَمُهَا
Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib, telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad, dari ‘Abdurrahman, dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga terdapat dua kelompok besar dan akan terjadi pembunuhan besar-besaran diantara kedua-duanya padahal ajakan keduanya satu, hingga muncul para pendusta yang kurang lebihnya tiga puluh, kesemuanya mengaku utusan Allah, hingga ilmu diangkat, banyak keguncangan, zaman terasa singkat, fitnah muncul dimana-mana, dan banyak Al-Haraj, yaitu pembunuhan, hingga ditengah-tengah kalian harta melimpah ruah dan berlebihan, sehingga pemilik harta mencari-cari orang yang mau menerima sedekahnya, sampai ia menawar-nawarkan sedekahnya, namun orang yang ditawari mengelak seraya mengatakan ‘ Aku tak butuh sedekahmu’, sehingga manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan, sehingga seseorang melewati kuburan seseorang dan mengatakan; ‘Aduhai sekiranya aku menggantikannya’, hingga matahari terbit dari sebelah barat, padahal jika matahari telah terbit dari sebelah barat dan manusia melihatnya, mereka semua beriman, pada saat itulah sebagaimana ayat; ‘Ketika itu tidak bermanfaat lagi bagi seseorang keimanannya, yang ia belum beriman sebelumnya atau belum mengerjakan kebaikan dengan keimanannya.” (QS. Al-An’am : 158), dan hari kiamat terjadi ketika dua orang telah menyerahkan kedua bajunya tetapi keduanya tidak jadi melakukan jual beli, keduanya tidak jadi melipatnya, dan hari kiamat terjadi sedang seseorang telah pulang membawa susu sapinya tetapi dia tidak jadi meminumnya, dan hari kiamat terjadi ketika seseorang memperbaiki kolam (tempat minum)nya tetapi dia tidak jadi meminumnya, dan hari kiamat terjadi sedangkan seseorang telah mengangkat suapannya (untuk makan) tetapi dia tidak jadi memakannya.” [HR Bukhari no. 6588; Muslim no. 5142]
Allahu a’lamu bishawab.
Sumber :
– Syarah Arba’in An-Nawawiyah li Ibni Daqiq Al-‘Id
– Jami’ul ‘Ulum wal Hikam li Ibni Rajab Al-Hanbali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar