Seiring dengan jauhnya umat dari ajaran yang benar, membuat syariat Islam acap terkacaukan dengan tradisi yang berkembang di masyarakat, lebih-lebih ritual yang menggunakan simbol-simbol Islam. Manusia secara umum sekalipun orang yang bersih fitrahnya, sangat membutuhkan penjelasan tentang akhlak dan adab yang sesuai syariat melalui dalil-dalil dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Sehingga pernyataan sebagian orang bahwa permasalahan adab tidak perlu menengok kepada dalil syar’i sangat keliru dengan dua alasan:
(diantarannya adalah) Banyak akhlak yang tidak diketahui hukumnya oleh manusia, sehingga sesuatu yang tidak baik terkadang dianggap baik dan yang bukan jelek dianggap jelek. Sungguh seseorang seberapapun ia mendapat derajat keilmuan, keshalihan dan adab, tentu ada akhlak yang tidak diketahuinya. Terlebih di saat adat kebiasaan manusia berbeda-beda satu dengan yang lainnya, karena biasanya orang mencampuradukkan antara adat dan adab. Sebagai misal yaitu tatkala sahabat Mu’adz bin Jabal z datang dari Syam kemudian menghadap Nabi n, ia sujud di hadapan beliau. Lalu Nabi n menegurnya: “Apa ini wahai Mu’adz?” Mu’adz z mengatakan bahwa tatkala datang ke Syam, ia mendapatkan manusia sujud kepada para uskup dan pendeta mereka, maka Mu’adz n ingin melakukan hal itu terhadap Nabi n. Maka Rasulullah n mengatakan (yang artinya):
“Jangan kamu lakukan, karena seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah niscaya aku akan memerintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya (demi Allah) seorang wanita belum (dikatakan) menunaikan hak Rabbnya sampai ia menunaikan hak suaminya….” (lihat Shahih Sunan Ibnu Majah no. 1515)
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Mu’thi, Lc.)
Kajian Video Antara Adat dan Syariat - Ustadz Abu Yahya Badrusalam [Kajian Sunnah Pilihan]
Silahkan Klik Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar