Inilah yang sering dilakukan oleh aktifis dakwah yang hatinya tidak
bertameng keimanan. Jikalau ia bertameng, perisai tersebut memiliki
gagang pegangan yang rapuh. Awal niatan berharap wajah Allah, rahmat dan
naungan-Nya, akan tetapi terpaan badai godaan asmara terlarang bak
gelombang yang datang bertubi-tubi, mengikis pingiran pantai keimanan
perlahan-lahan. Padahal pinggiran pantai sudah terlindungi ilmu selebat
hutan mangrove.
Bagaimana terpaan badai godaan asmara yang dasyhat itu?
Saling berhubungan langsung dengan HP,e-mail, inbox FB dan jejaring sosial. Awalnya sangat saling menjaga diri, menggunakan kata-kata yang sopan, serius dan to the point. Akan tetapi siapa yang tahu setan menyelinap berkelit-kelit dalam sinyal HP, menerobos paksa password e-mail dan bersembunyi di inbox FB. Bersamaan dengan berlalunya waktu yang tidak sebentar, maka kata-kata dan kalimat yang bertukaran antarkeduanya bermetamorphosis, metamorphosisnya sepasang kupu-kupu siap berkawin. Muncullah kalimat yang belum layak mencapai waktu prosanya,
“wahai calon ibu dari anakku, semenjak kita mulai ta’aruf saya jadi lebih bersemangat menjalani hari, apalagi jika kita menikah nanti, K.A.N.G.E.N ^^”
“Daku tak menyangka pangeran berjanggut tipis itu adalah engkau, maju ta’aruf dengan gagah berani, kegelisahan rindu ini memang harus berujung dibelaian kedua tanganmu dalam dekapan, segera, segera dan segera majulah wahai mujahidku”
Yang parahnya adalah bertemu langsung dengan mudahnya dan sudah tidak ada lagi yang membedakan mereka berdua dengan apa yang kita temui di jalan-jalan, di pasar, di mall dan di pusat keramaian manusia. Tidak ada bedanya dengan mereka yang menggenjot pedal gas hawa cinta menerobos peringatan merah di jalan keramaian syariat. Mereka yang sudah diperingati dalam hadits Rasulullah shallahu alaihi wa sallam seolah-olah menghalalkannya di jalan-jalan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallah ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
Diriwayatkan dari al-Nawwas radhiallah ‘anhu,
Sebaiknya mengunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri sehingga tidak ada celah untuk setan berkelit. Karena sekuat-kuat iman seseorang ia belum tentu mampu menahan gejolak cinta. Inilah yang pepatah yang populer di zaman kakek-buyut kita “Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Ya, itulah cara setan menggiring manusia secara perlahan. Akan tetapi pembawa syariat shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih cerdas dibandingkan setan. Cara ini tidak berlaku jika selalu menggenggam kaidah beragama,
@Markaz YPIA, Wisma Darut Tauhid, Pogung Kidul, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
https://muslimafiyah.com/ttm-taaruf-tapi-mesra.html
Bagaimana terpaan badai godaan asmara yang dasyhat itu?
Saling berhubungan langsung dengan HP,e-mail, inbox FB dan jejaring sosial. Awalnya sangat saling menjaga diri, menggunakan kata-kata yang sopan, serius dan to the point. Akan tetapi siapa yang tahu setan menyelinap berkelit-kelit dalam sinyal HP, menerobos paksa password e-mail dan bersembunyi di inbox FB. Bersamaan dengan berlalunya waktu yang tidak sebentar, maka kata-kata dan kalimat yang bertukaran antarkeduanya bermetamorphosis, metamorphosisnya sepasang kupu-kupu siap berkawin. Muncullah kalimat yang belum layak mencapai waktu prosanya,
“wahai calon ibu dari anakku, semenjak kita mulai ta’aruf saya jadi lebih bersemangat menjalani hari, apalagi jika kita menikah nanti, K.A.N.G.E.N ^^”
“Daku tak menyangka pangeran berjanggut tipis itu adalah engkau, maju ta’aruf dengan gagah berani, kegelisahan rindu ini memang harus berujung dibelaian kedua tanganmu dalam dekapan, segera, segera dan segera majulah wahai mujahidku”
Yang parahnya adalah bertemu langsung dengan mudahnya dan sudah tidak ada lagi yang membedakan mereka berdua dengan apa yang kita temui di jalan-jalan, di pasar, di mall dan di pusat keramaian manusia. Tidak ada bedanya dengan mereka yang menggenjot pedal gas hawa cinta menerobos peringatan merah di jalan keramaian syariat. Mereka yang sudah diperingati dalam hadits Rasulullah shallahu alaihi wa sallam seolah-olah menghalalkannya di jalan-jalan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan [menganggap halal] perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik.” [HR. Bukhari]Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallah ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
”
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَفْنَى هَذِهِ الْأُمَّةُ حَتَّى
يَقُومَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَيَفْتَرِشُهَا فِي الطَّرِيقِ،
فَيَكُونُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُولُ: لَوْ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ
هَذَا الْحَائِطِ» .
“Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat
ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (ingin
bercumbu dan berzina) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu
berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik
dinding ini.” (HR. Abu Ya’la no. 12746, Al-Haitsami berkata,
“perawi-perawinya shahih.” , lihat Majmu’ Zawaid 7/331, Maktabah
Al-Qudsi, Koiro, 1414 H, Asy-Syamilah]Diriwayatkan dari al-Nawwas radhiallah ‘anhu,
وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja
melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah
kiamat akan datang.” [HR. Muslim]Sebaiknya mengunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri sehingga tidak ada celah untuk setan berkelit. Karena sekuat-kuat iman seseorang ia belum tentu mampu menahan gejolak cinta. Inilah yang pepatah yang populer di zaman kakek-buyut kita “Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Ya, itulah cara setan menggiring manusia secara perlahan. Akan tetapi pembawa syariat shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih cerdas dibandingkan setan. Cara ini tidak berlaku jika selalu menggenggam kaidah beragama,
سد الذرائع
“Menutup jalan menuju keburukan”
Yaitu jangan sampai ada hubungan yang tidak perlu jika belum
waktunya, jika hubungan itu sangat perlu dalam ta’aruf demi mengenal,
maka gunakanlah perantara comblang.@Markaz YPIA, Wisma Darut Tauhid, Pogung Kidul, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
https://muslimafiyah.com/ttm-taaruf-tapi-mesra.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar