Senin, 28 Maret 2016

~Melawan Lupa~ Lagu Ya Thoybah yang dinyanyikan oleh Haddad Alwi dan pernah booming, ternyata adalah syiar syiah.

Pujian bagi Allah Rabb semesta alam, aku bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Dialah wali/pelindung bagi orang-orang yang sholeh. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad -shollallahu alaihi wa sallam- adalah hamba dan Rasul-Nya yang jujur, pemberi peringatan dan orang yang terpercaya. Sholawat dan salam dari Rabbku semoga tercurah atasnya serta keluarga dan para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat dan atas semua Rasul Allah yang lainnya.
Amma ba’du:
- See more at: http://www.majalahislami.com/page/16/#sthash.MMjubneI.dpuf
Pujian bagi Allah Rabb semesta alam, aku bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Dialah wali/pelindung bagi orang-orang yang sholeh. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad -shollallahu alaihi wa sallam- adalah hamba dan Rasul-Nya yang jujur, pemberi peringatan dan orang yang terpercaya. Sholawat dan salam dari Rabbku semoga tercurah atasnya serta keluarga dan para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat dan atas semua Rasul Allah yang lainnya.
Amma ba’du:
- See more at: http://www.majalahislami.com/page/16/#sthash.MMjubneI.dpuf

Pujian bagi Allah Rabb semesta alam, aku bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Dialah wali/pelindung bagi orang-orang yang sholeh. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad -shollallahu alaihi wa sallam- adalah hamba dan Rasul-Nya yang jujur, pemberi peringatan dan orang yang terpercaya. Sholawat dan salam dari Rabbku semoga tercurah atasnya serta keluarga dan para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat dan atas semua Rasul Allah yang lainnya.

Amma ba’du
   Lagu Ya Thoybah yang dinyanyikan oleh Haddad Alwi dan pernah booming, ternyata adalah syiar syiah. Bagaimana membuktikan lagu itu syiar Syiah sedangkan di kalangan Sunni (ahlus sunnah) juga ada nasyid atau qasidah Ya Thoybah?:

A . Pertama Ya Thoybah versi Kalangan Sunni

  Meskipun di kalangan Sunni (ahlus sunnah) juga ada nasyid dengan judul dan nada yang sama, ternyata liriknya berbeda. Setidaknya ada dua versi Ya Thoybah di kalangan sunni. Yang pertama adalah tentang Madinah. Thoybah sendiri merupakan salah satu julukan kota Madinah setelah Rasulullah hijrah, sebelumnya bernama Yatsrib.

Artinya kurang lebih demikian:

Wahai Thoybah, wahai Thoybah,
Penawar kepada yang sabar
Kami merindukanmu
Dan kecintaan telah membawakanku kepadamu

Aku tertinggal ketika kapal berlayar
Mereka berlayar pergi dan tangisanku tidak mengering
Mereka telah membawa pergi jiwa dan ragaku bersama
Wahai Thoybah, engkau cinta dan rindu

Wahai kiblatku (Ka’bah), Rumah Allah, aku bersabar
Mungkin suatu hari akan datang mengunjungimu
Aku tertanya-tanya, adakah aku akan melihat Kaabah
dan merasa kagum dengan keselamatannya

Nabi kami, impian tertinggiku adalah menziarahimu
Sekurang-kurangnya sekali seumur hidupku
dan dekat dengan engkau dalam menjalankan ibadahku
untuk memuji Tuhanku dan membaca Qur’an

Wahai Madinah, betapa beruntungnya engkau
dengan kedatangan bintang petunjuk itu
Izinkan aku berlindung di sisimu
Benarlah, cahayamu telah membuatku kagum.


Sementara itu, sebagaimana kita ketahui bahwa Syaikh Misyari Rasyid Al-Afasy juga mengeluarkan album “Yaa Thaybaa”. Syaikh Misyari Rasyid sendiri merupakan seorang Ahlussunnah yang sangat membenci Syiah, beliau hafidzahullah juga merupakan Imam Besar di Masjid Kuwait yang terkenal akan suara emasnya. Dalam lirik beliau pun tidak ada musiknya berbeda dengan Haddad Alwi yang menggunakan musik , Nasyid yand dilantunkan Syaikh Misyari Rasyid Hafidzahullah sama sekali tidak ada unsur kesyirikan ataupun ghuluw, apalagi sampai mengkultuskan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam atau Ali Radhiallahu'anhu atau yang lainnya.




Simak lirik lagu “Yaa Thaybah” Syaikh Misyari Rasyid Alafasy berikut:

يا طيبة يا طيبة يا دوا العيانا
اشتقنالك والهوى نادانا

Ya Taiba Ya Taiba Ya Dawal Aiyyaana
Shtiknaa Lak Wilhawana Daana
Wilhawana Daana

لما سار المركب ناساني
سار والدمع ماجفاني

Lammasaa Rilmarkabnaa Saani
Saaru-ul Dam-ai Maa-Ja-Faani

أخذوا قلبي مع جناني
يا طيبة يا تيم الولهانا

Aakhazu Kalbi Ma Jinaani
Ya Taiba Yaati Malwal Haana
Yaati Malwal Haana

قبلتي بيت الله صابر
علني يوما لكِ زائر

Qiblaati Baitullahi Saabir Al-Laani Yaumal-Laki Zaayeer

ياتُرى هل تراني ناظر
للكعبة وتغمرني بأمانا

Ya Turah Haltaraani Naazir Lilkaaba Tug Murnib Aamaana
Wa Tug Murnib Aamaana

نبينا أغلى أمنياتي
أزورك لو مرة بحياتي

Nabina Agla Um-Nniyaati
Azur-rak Lov Mar-Rab Hayaati

وبجوارك صلي صلاتي
وأذكر ربي وأتلو القرآنا

Wab-Jiwa-Rak Salli Salaati Wazkur Raab-bi-wat-lul Quraa’na
Wat-lul Quraa’na

بُشراكِ المدينة بشراكِ
بقدوم الهادي يا بشراكِ

Bushraki-il Madina Bushraki
Bi-Kudumil-Haadi Ya Bushraki

فهل لي مأوى في حماكِ
أتمنى فالنور سبانا
نوركم سبانا

Fa Haal-Li Maawa Fihi Maaki Ataman-Na Fan-Nooru Sabaana
Nooru-Kum Sabana

mari kita simak lirik lagu “Yaa Thaybah” Syaikh Misyari Rasyid Alafasy berikut:
يا طيبة يا طيبة يا دوا العيانا
اشتقنالك والهوى نادانا
Ya Taiba Ya Taiba Ya Dawal Aiyyaana
Shtiknaa Lak Wilhawana Daana
Wilhawana Daana

لما سار المركب ناساني
سار والدمع ماجفاني
Lammasaa Rilmarkabnaa Saani
Saaru-ul Dam-ai Maa-Ja-Faani
أخذوا قلبي مع جناني
يا طيبة يا تيم الولهانا
Aakhazu Kalbi Ma Jinaani
Ya Taiba Yaati Malwal Haana
Yaati Malwal Haana

قبلتي بيت الله صابر
علني يوما لكِ زائر
Qiblaati Baitullahi Saabir Al-Laani Yaumal-Laki Zaayeer
ياتُرى هل تراني ناظر
للكعبة وتغمرني بأمانا
Ya Turah Haltaraani Naazir Lilkaaba Tug Murnib Aamaana
Wa Tug Murnib Aamaana
نبينا أغلى أمنياتي
أزورك لو مرة بحياتي
Nabina Agla Um-Nniyaati
Azur-rak Lov Mar-Rab Hayaati
وبجوارك صلي صلاتي
وأذكر ربي وأتلو القرآنا
Wab-Jiwa-Rak Salli Salaati Wazkur Raab-bi-wat-lul Quraa’na
Wat-lul Quraa’na

بُشراكِ المدينة بشراكِ
بقدوم الهادي يا بشراكِ
Bushraki-il Madina Bushraki
Bi-Kudumil-Haadi Ya Bushraki
فهل لي مأوى في حماكِ
أتمنى فالنور سبانا
نوركم سبانا
Fa Haal-Li Maawa Fihi Maaki Ataman-Na Fan-Nooru Sabaana
Nooru-Kum Sabana

- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.B1mxRSRD.dpuf
Sementara itu, sebagaimana kita ketahui bahwa Syaikh Misyari Rasyid Alafasy juga mengeluarkan album “Yaa Thaybaa”. Syaikh Misyari Rasyid sendiri merupakan seorang Ahlussunnah yang sangat membenci Syiah. - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.B1mxRSRD.dpuf

B. Sedangkan lagu Ya Thoybah yang dibawakan oleh Haddad Alwi persis dengan lagu Ya Thoybah versi Syiah ini, yaitu:

 

1. Coba simak lirik lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah yang dibawakan oleh Hadad Alwi berikut:

يَا طَيْبَة يَا طَيْبَة يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا

Yaa thaybah, yaa thaybah, yaa dawal’ayanaa
Isytaqnaa lika wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana

يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
عِنْدُكُمْ اَفضَلُل الغِلمَاَنَ اَفضَلُل الغِلمَاَ نَ

Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkumu mashdarul mawahib
Yaa tura hal ura liy haajib
‘Indakum afdhalul ghilmana, afdhalul ghilmana

اَسْيَادِي الْحَسَنْ وَالحُسيْنِ
اِلَى النَّبِيِ قُرَّ ةْ عَيْنِ
يَا شَبَا بَ الجَنَّتَيْنِ
جَدُّكُمْ صَا حِبُ القُرْ آنَ صَا حِبُ القُرْ آنَ

Asyadiy alhasan wal husaini
Ila annabiy qurrata ‘aini
Yaa syababal jannataini
Jaddukum shahibul qurana, shahibul qurana.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.ip5bUp75.dpuf

Mengapa lagu ini terlarang bagi umat Islam?

Lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.
Di mana letak penuhanannya?

Ada pada 3 kalimat berikut:

Pertama,

يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا

Yaa dawal’ayanaa
Wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana

Artinya:

Wahai penyejuk mata kami. Kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa itu telah memanggil kami.

Kedua,

يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ

Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkummashdarul mawahib

Artinya:

Wahai Ali,wahai putera Abi Thalib darimu lah sumber keutamaan.

Ketiga,

يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ

Yaa tura hal ura liy haajib

Artinya:

Wahai engkau yang dilihat (maksudnya ‘Ali pada baris sebelumnya), apakah tirai menjadi penghalang bagiku (dari melihatmu).

Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat di atas, nyatalah mereka kufur kepada Allah. Tidak ada kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga ‘Ali dengan melupakan Allah.

Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias ghuluw.

Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih)

Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam sendiri melarang kita, umatnya, agar jangan terlalu berlebihan memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang mulia saja terlarang, apalagi pada diri orang lain, tentu hal itu dilarang keras. Beliau bersabda:

“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu)

Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu bahwa dia mendengar ‘Umar radliallahu ‘anhu berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: ‘Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari)

Dalam sebuah hadits juga disebutkan,
(Ya) Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlussunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)

Ali radhiallahu anhu sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6)

Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba’ kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.
Adakah fatwa Ulama tentang lagu ini?

Tentang lagu ini sudah dikomentari oleh Syaikh Sholih Ibn Sa’ad Al-Suhaimi dan Syaikh Ubad Al-Jabri yang dapat dibaca di http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.com/2012/02/yaa-thoybah.html

Selain lagu “Yaa Thaybah” ini, lagu-lagu Hadad Alwi yang lainnya juga banyak mengandung unsur Syiah seperti “Ya Rabbibil Mustafa”, “Ummiy”, dan bahkan dalam videonya juga terdapat batu karbala yang digunakan sebagai atribut ritual Syiah sebagaimana dalam video klip “Yaa Thaybah” di atas (pembahasan video tersebut di blog ini kami tayangkan dibawah setelah paragraf ini (No 3).
Wallahu’alam.

(banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.ip5bUp75.dpuf

Mengapa lagu ini terlarang bagi umat Islam?

Lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.

Di mana letak penuhanannya?

Ada pada 3 kalimat berikut:
Pertama,
يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
Yaa dawal’ayanaa
Wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
Artinya:
Wahai penyejuk mata kami. Kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa itu telah memanggil kami.
Kedua,
يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkummashdarul mawahib
Artinya:
Wahai Ali,wahai putera Abi Thalib darimu lah sumber keutamaan.
Ketiga,
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
Yaa tura hal ura liy haajib
Artinya:
Wahai engkau yang dilihat (maksudnya ‘Ali pada baris sebelumnya), apakah tirai menjadi penghalang bagiku (dari melihatmu).
Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat di atas, nyatalah mereka kufur kepada Allah. Tidak ada kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga ‘Ali dengan melupakan Allah.
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias ghuluw.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih)
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam sendiri melarang kita, umatnya, agar jangan terlalu berlebihan memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang mulia saja terlarang, apalagi pada diri orang lain, tentu hal itu dilarang keras. Beliau bersabda:
“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu)
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu bahwa dia mendengar ‘Umar radliallahu ‘anhu berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: ‘Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari)
Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlussunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)
Ali radhiallahu anhu sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6)
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba’ kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.

Adakah fatwa Ulama tentang lagu ini?

Tentang lagu ini sudah dikomentari oleh Syaikh Sholih Ibn Sa’ad Al-Suhaimi dan Syaikh Ubad Al-Jabri yang dapat dibaca di http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.com/2012/02/yaa-thoybah.html
Selain lagu “Yaa Thaybah” ini, lagu-lagu Hadad Alwi yang lainnya juga banyak mengandung unsur Syiah seperti “Ya Rabbibil Mustafa”, “Ummiy”, dan bahkan dalam videonya juga terdapat batu karbala yang digunakan sebagai atribut ritual Syiah sebagaimana dalam video klip “Yaa Thaybah” di atas. Wallahu’alam.
(banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.ip5bUp75.dpuf

Mengapa lagu ini terlarang bagi umat Islam?

Lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.

Di mana letak penuhanannya?

Ada pada 3 kalimat berikut:
Pertama,
يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
Yaa dawal’ayanaa
Wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
Artinya:
Wahai penyejuk mata kami. Kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa itu telah memanggil kami.
Kedua,
يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkummashdarul mawahib
Artinya:
Wahai Ali,wahai putera Abi Thalib darimu lah sumber keutamaan.
Ketiga,
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
Yaa tura hal ura liy haajib
Artinya:
Wahai engkau yang dilihat (maksudnya ‘Ali pada baris sebelumnya), apakah tirai menjadi penghalang bagiku (dari melihatmu).
Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat di atas, nyatalah mereka kufur kepada Allah. Tidak ada kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga ‘Ali dengan melupakan Allah.
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias ghuluw.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih)
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam sendiri melarang kita, umatnya, agar jangan terlalu berlebihan memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang mulia saja terlarang, apalagi pada diri orang lain, tentu hal itu dilarang keras. Beliau bersabda:
“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu)
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu bahwa dia mendengar ‘Umar radliallahu ‘anhu berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: ‘Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari)
Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlussunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)
Ali radhiallahu anhu sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6)
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba’ kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.

Adakah fatwa Ulama tentang lagu ini?

Tentang lagu ini sudah dikomentari oleh Syaikh Sholih Ibn Sa’ad Al-Suhaimi dan Syaikh Ubad Al-Jabri yang dapat dibaca di http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.com/2012/02/yaa-thoybah.html
Selain lagu “Yaa Thaybah” ini, lagu-lagu Hadad Alwi yang lainnya juga banyak mengandung unsur Syiah seperti “Ya Rabbibil Mustafa”, “Ummiy”, dan bahkan dalam videonya juga terdapat batu karbala yang digunakan sebagai atribut ritual Syiah sebagaimana dalam video klip “Yaa Thaybah” di atas. Wallahu’alam.
(banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.ip5bUp75.dpuf

Mengapa lagu ini terlarang bagi umat Islam?

Lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan bentuk kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein radhiallahu anhum melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana Tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawakan tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.

Di mana letak penuhanannya?

Ada pada 3 kalimat berikut:
Pertama,
يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
Yaa dawal’ayanaa
Wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
Artinya:
Wahai penyejuk mata kami. Kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa itu telah memanggil kami.
Kedua,
يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkummashdarul mawahib
Artinya:
Wahai Ali,wahai putera Abi Thalib darimu lah sumber keutamaan.
Ketiga,
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
Yaa tura hal ura liy haajib
Artinya:
Wahai engkau yang dilihat (maksudnya ‘Ali pada baris sebelumnya), apakah tirai menjadi penghalang bagiku (dari melihatmu).
Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat di atas, nyatalah mereka kufur kepada Allah. Tidak ada kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga ‘Ali dengan melupakan Allah.
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias ghuluw.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam bersabda: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih)
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wassallam sendiri melarang kita, umatnya, agar jangan terlalu berlebihan memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang mulia saja terlarang, apalagi pada diri orang lain, tentu hal itu dilarang keras. Beliau bersabda:
“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu)
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu bahwa dia mendengar ‘Umar radliallahu ‘anhu berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: ‘Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari)
Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlussunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu)
Ali radhiallahu anhu sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6)
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba’ kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.

Adakah fatwa Ulama tentang lagu ini?

Tentang lagu ini sudah dikomentari oleh Syaikh Sholih Ibn Sa’ad Al-Suhaimi dan Syaikh Ubad Al-Jabri yang dapat dibaca di http://alfirqatunnajiyyah.blogspot.com/2012/02/yaa-thoybah.html
Selain lagu “Yaa Thaybah” ini, lagu-lagu Hadad Alwi yang lainnya juga banyak mengandung unsur Syiah seperti “Ya Rabbibil Mustafa”, “Ummiy”, dan bahkan dalam videonya juga terdapat batu karbala yang digunakan sebagai atribut ritual Syiah sebagaimana dalam video klip “Yaa Thaybah” di atas. Wallahu’alam.
(banan/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.ip5bUp75.dpuf
mari kita simak lirik lagu “Yaa Thaybah” versi Syiah yang dibawakan oleh Hadad Alwi berikut:
يَا طَيْبَة يَا طَيْبَة يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
Yaa thaybah, yaa thaybah, yaa dawal’ayanaa
Isytaqnaa lika wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana
يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
عِنْدُكُمْ اَفضَلُل الغِلمَاَنَ اَفضَلُل الغِلمَاَ نَ
Yaa ‘aliy yaa ibna abi thalib
Minkumu mashdarul mawahib
Yaa tura hal ura liy haajib
‘Indakum afdhalul ghilmana, afdhalul ghilmana
اَسْيَادِي الْحَسَنْ وَالحُسيْنِ
اِلَى النَّبِيِ قُرَّ ةْ عَيْنِ
يَا شَبَا بَ الجَنَّتَيْنِ
جَدُّكُمْ صَا حِبُ القُرْ آنَ صَا حِبُ القُرْ آنَ
Asyadiy alhasan wal husaini
Ila annabiy qurrata ‘aini
Yaa syababal jannataini
Jaddukum shahibul qurana, shahibul qurana.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/05/05/perbedaan-lagu-yaa-thaybah-versi-syiah-hadad-alwi-dengan-versi-syaikh-misyari-rasyid1.html#sthash.ip5bUp75.dpuf
2. Menghilangkan Abu Bakar, Umar dan Ustman

Sebenarnya ada pula versi qasidah Ya Thoybah yang populer di kalangan Sunni terutama pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama. Bedanya, pada qasidah tersebut, setelah memuji Rasulullah kemudian memuji Abu Bakar, Umar dan Utsman. Sedangkan lagu Ya Thoybah versi Haddad Alwi meniadakan penyebutan Abu Bakar, Umar dan Utsman.

 3. Ada batu karbala di video klip

Dalam video klip lagu Ya Thoybah versi Haddad Alwi terdapat syiar Syiah berupa menempatkan batu karbala di tempat sujud. Hal ini bisa dilihat pada menit ke 2:49. Ketika anak-anak shalat berjama’ah, tampak lempengan batu karbala di tempat sujud.

Salah satu doktrin Syiah mengatakan ketika sujud, kepala harus menempel ke tanah (turab) dan tanah yang paling mulia adalah tanah karbala karena di sana ada darah Hasan dan Husein. (Syiahindonesia.com)

Coba amati video ini pada menit ke 2:49







tampak lempengan batu karbala di tempat sujud.
sekali lagi amatilah, tampak lempengan batu karbala di tempat sujud pada menit 2:49.



4. Lagu Haddad Alwi tak pernah menyebut Abu Bakar, Umar dan Utsman 

Coba amati seluruh lagu Haddad Alwi, tidak satu pun yang menyebut dan memulikan Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Padahal mereka juga sahabat seperti Ali bin Abu Thalib. Padahal Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah mertua Rasulullah dan Utsman adalah menantu Rasulullah seperti halnya Ali bin Abu Thalib.

Seperti diketahui, di antara ciri Syiah adalah memuja Ali bin Abi Thalib (bahkan yang ekstrem sampai menganggapnya sebagai Nabi yang benar) sekaligus mencela Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tidak pernah Syiah memuliakan Abu Bakar, Umar dan Utsman kecuali dalam kondisi terpaksa berdusta (taqiyah). [Webmuslimah.com/syiahindonesia.com]

Kebenaran hanya Milik Allah Ta'ala, dan kesalahan itu milik kami, Allah Ta'ala dan RasulNya berlepas dari kesalahan tersebut.
Barakallaahu fiikum


Penyusun : Yusuuf Arifin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar